Kejutan Kecil

Dalam gereja Katolik pada masa Adven, masa sekitar sebulan sebelum Natal, biasanya ada empat lilin khusus yang dinyalakan untuk menunjukkan periode Adven itu. Pada minggu pertama, satu lilin yang dinyalakan. Pada minggu kedua, dua lilin, dan seterusnya. Akan tetapi, lilin ketiga nyělěnèh sendiri karena warnanya pink, tiga lainnya ungu. Nyělěnèh kecil begini baik juga dipakai untuk memahami teks bacaan hari ini: juga dalam hidup, kejutan-kejutan kecil dibutuhkan untuk menangkap kebesaran Allah yang senantiasa hendak hadir bagi makhluk-Nya.

Ini kenyělěnèhan saya: sementara teks hari ini menyinggung keraguan Yohanes Pembaptis akan Mesias yang dinantikan bangsa Yahudi, saya tak peduli pada sosok Mesias itu. Saya tak peduli apakah sosok yang diragukan Yohanes Pembaptis itu benar-benar Mesias atau bukan. Saya tahunya roti meses, yang saya tak suka karena ada krim perekatnya dengan roti. Mesias itu cuma label, atribut, gelar, yang untuk saya tak ada bunyinya.

Meskipun tak berbunyi, makna dalam atribut itu universal toh, Rom? Teks sendiri cuma menyebut sosok “yang akan datang” kok.
Iya, printer juga lo.
Artinya, terserah mau pakai label apa asal maknanya adalah orang yang dinantikan banyak orang untuk membawa pembebasan, begitu kan?
Betul juga. Trus kenapa mesti memberi label Guru dari Nazareth itu dengan sebutan Mesias ya?
Loh, kok malah jadi Romo yang nanya’?
Lha kan tadi sa su bilang sa tra peduli dia itu Mesias atau bukan. Jadi ngapain mesti kasih-kasih label segala? Apa kalau dikasih label njuk jadi halal gitu po? #eh… Maksud saya, apa kalau diberi label Mesias njuk dia memang benar-benar Mesias gitu po?
Lha ya justru itu makanya Yohanes Pembaptis ragu-ragu, Rom! Romo ini bego’ dipelihara!

Menanggapi keraguan Yohanes Pembaptis soal apakah Guru dari Nazareth ini adalah sosok yang diharapkan membawa pembebasan, orang yang diragukan ini cuma mengundang suruhan Yohanes Pembaptis untuk melihat hal yang konkret-konkret aja: orang buta melihat, lumpuh berjalan, dan seterusnya. Apakah itu membuktikan Guru dari Nazareth itu Mesias?
Lah, tadi pan sa su bilang tra peduli. Pokoknya orang ini membawa pembebasan dan agak nyělěnèh juga: lha wong Yohanes Pembaptis berkoar-koar supaya orang bertobat karena Kerajaan Allah sudah dekat, kok orang ini malah menyembuhkan orang sakit, mengusir roh jahat, membangkitkan orang mati, dan seterusnya, alih-alih membawa kabar halal-haramnya perilaku manusia.

Kiranya Guru dari Nazareth bikin aneka mukjizat bukan pertama-tama untuk menunjukkan dimensi ilahi dirinya atau semata menyatakan belas kasihan kepada mereka yang menderita. Saya lebih ngeh dengan paragraf pertama tadi. Orang sakit sembuh, bisa saja sakit lagi. Orang lumpuh sembuh, bisa sakit terkilir. Orang buta sembuh, bisa sakit insomnia. Bukan kesembuhan atau wujud mukjizatnya yang hendak ditunjukkannya, melainkan bahwa Kerajaan Allah itu sudah menyejarah. Maksudnya, Kerajaan Allah itu sudah hadir dengan disrupsi-disrupsi konkret.

Itu bisa jadi patokan orang yang menantikan Mesias: membuat kejutan-kejutan kecil yang memungkinkan orang mengalami pembebasan. Entah berupa ucapan terima kasih, maaf, jenguk orang sakit, membersihkan selokan mampet (tapi tra perlu uji nyemplung selokan juga keleus). Yang biasa jadi luar biasa.

Tuhan, semoga hidup kami juga membawa pembebasan bagi sesama berkat cinta-Mu. Amin.


MINGGU ADVEN III C/1
15 Desember 2019

Yes 35,1-6a.10
Yak 5,7-10
Mat 11,2-11

Posting 2016: Buat Apa Susah?