Promo Ah

Tidak setiap mahasiswa mengerti mengapa mereka kuliah. Tentu saja, itu tak beda jauh dengan kenyataan bahwa tidak setiap orang mengerti mengapa mereka masih hidup juga. Bacaan hari ini meyakinkan saya akan hal itu, selain karena de facto saya dengar sendiri sekian mahasiswa yang kuliah karena disuruh orang tua atau demi gengsi tertentu dan tak terkait dengan bakat dan minatnya sendiri pada bidang perkuliahan itu.

Saya terkesan pada tempat saya mengajar karena keluasan bakat dan minat yang bisa ditampungnya. Coba bayangkan, kalau anak-anak atau tetangga Anda punya minat dan bakat apa saja, sejauh passing gradenya memadai (yang tidak tinggi-tinggi amat), di sini pasti bisa jadi Pak Eko: masuk. Mulai dari hobi meracik kopi, menulis puisi, bermain musik, mengajar, mendengarkan curhat, jadi driver ojol, utak-atik model pesawat, menyusun naskah film, menjadi Pak Ogah atau polisi, semua bisa diakomodasi. Problemnya cuma bahwa yang bersangkutan mau berpikir, berefleksi, dan bertindak seturut pikiran dan refleksi keilmuan yang diajarkan di situ.
Loh, semua jurusan juga modalnya orang mesti mau berpikir, berefleksi dan bertindak sesuai keilmuannya, Rom!
Ah gak juga, Anda mau berpikir, berefleksi dan bertindak sesuai ilmu komputer? Harus begitu memang, kalau yang Anda hadapi adalah problem komputer, tetapi tidak dengan hidup manusia.

Silakan cari jurusan selain filsafat dan teologi yang keterbukaannya terhadap minat dan bakat siswanya seluas itu. Pasti gak ada, karena jurusan tempat saya mengajar ini adalah jurusan ‘teknik’ filsafat dan teologi, yaitu pendidikan keagamaan (Katolik).
Loh, kalau gak minat agama, ya gak mungkin kuliah di situ dong, Rom!
Oh mungkin banget, wong dosennya aja gak minat agama kok, sekurang-kurangnya saya!🤣🤣🤣

Iya, soalnya Romo kan èmang sablěng. Betul saya sablěng (maklum, gurunya gěndhěng), tapi serius: di sini apa saja minat dan bakat Anda bisa dikembangkan. Ini bukan cuma teori. Lulusan tempat saya ini ada yang jadi guru, polisi, masinis, pebisnis, pastor, mandor, bupati, dan sebagainya.
Lha ya sama saja, Rom, di jurusan lain juga banyak yang jalurnya meleset begitu: kuliah di teknik sipil trus jualan sate kikil, lulus dari pertambangan jadinya juri profesional tarik tambang #halah.

Nah persis di situlah bedanya! Anda menganggap lulusan tempat saya mengajar ini harusnya jadi guru agama, dan meleset-meleset jadi polisi, camat, pedagang kopi, dan seterusnya, bukan? Jangan khawatir, bukan cuma Anda yang salah, orang-orang pemerintahan juga “tidak mengerti” soal ini sehingga calon guru agama diproyeksikan sebagai calon pengajar doktrin agama! (Ngapain pemerintah ngurusi doktrin agama, jal? Ya biar diurus agama sendiri, bukan?)

Teks bacaan hari ini mengisahkan bagaimana Guru dari Nazareth memanggil beberapa orang untuk mengikutinya. Prospeknya: menjadikan mereka yang semula penjala ikan sebagai “penjala manusia”. Ini poin kritisnya: mereka tidak berhenti sebagai penjala ikan. Mereka tidak kehilangan profesionalitas. Mereka dipanggil untuk masuk dunia baru dan itu bukan lagi soal profesi, hobi, minat, maupun bakat. Ini soal menemukan dimensi baru, juga dalam profesi yang ditekuni.

Jadi, yang saya bayangkan mengenai lulusan jurusan tempat saya mengajar ini (yang adalah Pendidikan Keagamaan Katolik) ialah: mereka yang jadi PNS dan dalam pekerjaan sehari-hari secara kreatif memberikan layanan sehingga suasana kerja lebih membawa kenyamanan bagi masyarakat maupun PNS-nya sendiri (tentu bukan karena bagi-bagi hasil jarahan); mereka yang jadi guru agama dan mengenali pergumulan hidup murid-muridnya dan mengajak refleksi bersama dengan kegembiraan karena inspirasi dari Kitab Suci; mereka yang jadi pebisnis dapat ‘meracuni’ (bukan malah keracunan) rekan bisnis untuk berperilaku adil dan punya keberpihakan kepada mereka yang potensial tertindas; mereka yang jadi teknisi listrik bisa memberi penjelasan komprehensif sehingga pelanggan mengalami ketenangan; mereka yang jadi sales mengerti produk dan tidak mengabaikan kebutuhan konsumen, dan seterusnya.

Ya Tuhan, semoga kami dapat melihat dunia baru yang Kau tawarkan. Amin.


HARI MINGGU BIASA III A/2
Minggu, 26 Januari 2020

Yes 8,23b-9,3
1Kor 1,10-13.17
Mat 4,12-23

Posting 2017: Bangun, Dah Siang