Show Up

Backlight mungkin baik untuk tampilan keyboard laptop dalam cahaya minim, tetapi tidak untuk portrait yang hendak menunjukkan detail tampilan wajah modelnya. Cahaya mesti datang dari depan wajah. Keharusan seperti itu bisa dibuat di studio foto. Di luar itu, Anda tak bisa memaksa matahari untuk terbit dari barat ke timur atau bikin konsensus baru bahwa timur adalah west dan barat adalah east. Anda yang mesti menyesuaikan diri dengan alam.

Teks bacaan kedua hari ini menyarankan orang untuk show up, bukan soal cari follower atau jempol, melainkan soal apa yang dapat dibuat orang atas apa yang diterimanya dari Allah. Repotnya memang show up mau tak mau berurusan dengan sensasi. Lalu, jadi ambigu bin susah membedakan apakah ini show up yang cari jempol atau show up karena hidayah. Dalam teks bacaan pertama disodorkan bagaimana Daud mawas diri dan mengertilah dia bahwa bukan dia yang membangun rumah Allah, melainkan Allah sendiri yang akan membangunnya. Daud mengerti bahwa rumah yang dibangun Allah itu tak identik kemah Allah atau bait Allah bertembok megah, tetapi dengan generasi keturunannya yang penuh berkat. 

Pada 27 Mei 2006, saya bertugas memimpin misa beberapa menit setelah gempa besar. Bangunan gereja memang masih berdiri cukup kokoh, tetapi kami memutuskan misa di halaman gereja. Pada momen itu saya menyadari betapa rapuhnya rumah Allah yang dibangun manusia, apalagi jika dibangun hanya dengan modal finansial tanpa modal sosial. Itu juga yang saya khawatirkan jadi populer: berlomba-lomba membangun rumah ibadat megah seakan-akan itulah rumah Tuhan, dan muncullah aneka macam problem; perizinanlah, hak azasi manusialah, korupsilah, aliran sesatlah, kecemburuan sosiallah, apa lagilah.

Pada momen seperti itu saya merindukan show up yang benar-benar menunjukkan hidup yang terberkati [Kenapa bukan teberkati, Pak KBBI?]. Seperti apa itu hidup yang terberkati?

Dalam tahap studi seperti yang saya jalani sekarang ini, kalau saya cuma bergumul dengan topik yang saya punya dan tidak gaul dengan teman-teman lain, saya malah jadi cupet dengan topik saya sendiri. Akan tetapi, kalau saya gaul dengan teman-teman atau berjumpa dengan yang lain, ternyata malah perspektif saya diperkaya. Dengan kata lain, hidup yang terberkati adalah soal “apa yang dapat kuberikan” daripada orientasi “apa yang bisa kuperoleh”. Ini tidak menghapus kebutuhan seseorang, tetapi mentransformasi hidup orang sehingga pemenuhan kebutuhan itu tidak membutakannya terhadap berkat yang sudah ada, yang justru perlu digarapnya.

Ya Allah, mohon rahmat supaya kami semakin available untuk jadi saluran berkat-Mu, terutama bagi mereka yang terpinggirkan. Amin.


KAMIS BIASA III A/2
30 Januari 2020

2Sam 7,18-19.24-29
Mrk
4,21-25

Posting Tahun C/2 2016: Gerakan Agama Nusantara