Kelatahan seseorang bisa jadi lelucon, tetapi bisa juga jadi penjelasan teks bacaan hari ini meskipun secara terbatas. Jarang-jarang orang latah menyadari dari mana kelatahannya berasal. Kalau ia sadar, besar kemungkinan ia memakai kelatahannya untuk menghibur orang lain. Pada banyak kasus, halnya seperti perumpamaan Heaven Empire dalam teks bacaan hari ini: seperti tanaman yang ditinggal penabur benihnya tumbuh sendiri tanpa sepengetahuan penaburnya.
Nah, persoalannya benih apa yang ditaburkan itu: jadi tanaman yang berguna atau bertuba. Bacaan pertama menyodorkan dua tipe itu, tentu bukannya Uria berguna dan Daud bertuba, melainkan ada sifat-sifat mereka yang merepresentasikan tuba dan guna tadi. Daud, raja agung itu, ditampilkan sebagai orang yang dalam kejayaannya justru jatuh cuma gara-gara perempuan mandi. Bisa bayangkan gak sih perempuan mandi bikin seorang raja jatuh? Kalau kesandung, masih bisa dimaklumilah #halahdibahas.
Entah apa yang merasukinya, Daud berselingkuh ria dan kok ya hasilnya seperti menohok pasutri yang bersusah payah memperoleh keturunan bertahun-tahun tak kunjung tiba. Ini dalam hitungan singkat kok ya ndelalahnya jadi. Tuba dibuat Daud. Alih-alih mengakui kesalahannya, ia membuat cover up story dan dibuatnyalah setting supaya Uria kembali ke rumah untuk bercampur dengan istrinya. Blaik, Uria cuma tidur di luar istana dan tak kembali ke rumah. Maka, dibuatnyalah Uria mabuk. Pastinya bukan dengan menaikkannya ke pesawat atau perahu atau becak! Kiranya dengan minum air yang dapat memabukkan. Apa mau dikata, bahkan dalam kemabukannya, ia masih punya kesadaran untuk tidak pulang ke rumah.
Apa yang membuat Uria tetap aware? Apakah ia sudah dapat bocoran tentang perselingkuhan istrinya? Ya enggaklah.
Loh kok tahu kalau enggak, Rom? Kan bisa aja ada pesuruh raja yang ember bocor kasih bocoran ke Uria?
😂😂😂 Anda ini kebanyakan nonton sinetron ember kali ya. Kalau Uria tahu ya ngapain dia keukeuh tak mau pulang ke rumah, wong pulang ke rumah njuk memarahi istrinya juga bisa?
Ya mungkin aja saking dia berbaktinya kepada Daud, Mo, sehingga pasrah saja, bahkan mati pun ya gapapa.
Anda benar-benar penonton sinetron ember ya, padahal tadi saya cuma bercanda.
Itulah yang mengesankan saya dari Uria. Ia hidup dalam konteks abdi raja: pantang hukumnya sedang bertugas sebagai pemimpin tentara malah beristirahat di rumah. Kalaupun memang tidak di medan perang karena titah raja, ia tak akan mengkhianati anak buahnya yang jauh dari anak istri. Uria sadar dalam dunia mana ia hidup dan hukum mana yang pantas dijunjungnya. Begitulah, orang yang lurus dan teguh hati ini bisa jadi santapan orang yang jatuh, yang tak mau mengakui kesalahannya dan malah bikin perkara yang lebih besar lagi.
Sikap Uria yang selalu aware itu tak dibangun dalam semalam; juga sikap Daud, tak dibangun dalam semalam. Mungkin lebih tepat dikatakan bahwa skandal Daud terjadi karena sikap aware seperti dimiliki Uria itu raib darinya. Ndelalahnya yang bikin raib adalah perempuan mandi. Setiap orang beriman perlu tahu potensi mana yang memungkinkan kesadaran hidup di hadirat Allah itu raib.
Ya Tuhan, mohon rahmat supaya kami dapat senantiasa sadar akan besarnya cinta-Mu dan tanggung jawab yang menyertainya. Amin.
JUMAT BIASA III A/2
Pw S. Yohanes Bosco
31 Januari 2020
2Sam 11,1-4a.5-10a.13-17
Mrk 4,26-34
Posting Tahun B/2 2016: Tertawakanlah Diri Sendiri
Categories: Daily Reflection