Memang lain ladang lain belalang. Ini mengenang tokoh yang kemarin saya bilang punya koneksi 5G dengan Allahnya, tapi cuma waktu muda. Setelah jadi keladi, koneksinya merosot ke GPRS atau EDGE. Mungkin pikirnya perempuan-perempuan asing itu anugerah Allah ya, dan pikiran itu tidak keliru sih. Bukan cuma perempuan-perempuan asing, apa saja yang asing, yang disebut liyan, itu memang anugerah Allah. Cuma perlakuan terhadap anugerah Allah itu tidak selalu berarti ikatan perkawinan, kan? Nah, Salomo ini, bukan cuma tergila-gila, tapi gila beneran, perempuan-perempuan asing anugerah Allah itu diikatnya dengan status berbeda-beda.
Anugerah Allah berubah jadi kutuk ketika orang jadi gila beneran. Untunglah saya tak kepikiran untuk menikahi personil Blackpink. Boro-boro menikahi, untuk berkenalan atau salaman saja tidak kepikiran (daripada mereka lari menjauh😂😂😂). Akan tetapi, Blackpink memang anugerah Allah bagi saya, karena mereka membuat saya kangen keponakan😁. Hit you with that ddu-du ddu-du du (piyé macané, jal?).
Cara memperlakukan anugerah Allah dicontohkan dalam teks bacaan kedua. Seperti diharapkan dari setiap umat beriman, maksud saya: semua umat beriman diharapkan begini, Guru dari Nazareth berjalan dan bertumbuh dalam iman. Janganlah Anda bayangkan, mentang-mentang orang Kristen menjulukinya Tuhan Yesus Kristus, bahwa Guru dari Nazareth ini adalah Allah yang mahasempurna bin unmover mover atau penggerak yang tak digerakkan. Nay nay nay. Dia berjalan dan bertumbuh dalam iman, senantiasa belajar mengerti misteri Allah dan manusia; dan hari ini Guru dari Nazareth belajar dari cinta dan inteligensi perempuan asing, seorang ibu yang diberi label kafir dan anaknya kerasukan roh jahat.
Imaji yang disodorkan perempuan asing itu rupanya memberi pelajaran kepada Guru dari Nazareth. Imaji yang disodorkan Guru dari Nazareth adalah semacam ruang makan dengan anak-anak yang siap menyantap roti, dan ketika perempuan asing ini datang, itu laksana anjing yang masuk ke ruang makan itu. Maka, Guru dari Nazareth mengatakan, biarlah anak-anak yang makan, tidak layak makanan itu diberikan kepada anjing!
Apa kata perempuan itu? “Ya, tapi anjing itu toh juga doyan remah-remah yang jatuh.”
Di situ perempuan asing itu menjadi anugerah Allah. Guru dari Nazareth mengalami pertobatan. Imajinya tentang ruang makan itu berubah: menjadi ruang makan yang memberi makan kepada semua, termasuk anjing sekalipun, atau bahkan semut, dan mungkin kutu, kalau dia doyan.
Guru dari Nazareth memberi contoh bagaimana anugerah Allah diterima: dengan membuat kondisi yang memungkinkan semakin banyak orang bisa mengalami cinta Allah, bukan malah membuat anugerah itu sebagai idol bin berhala untuk ditundukkannya (meskipun bahasanya menyembah atau memuji).
Bedanya Salomo dan Guru dari Nazareth mungkin di situ. Kalau Salomo menjadi attached alias terlekat pada anugerah Allah, perempuan asing, dan mau mengikatnya sebagai idol, Guru dari Nazareth terpukau pada perempuan asing dan tetap detach terhadapnya. Akan tetapi, detachnya terjadi karena dia attached pada Allah yang memberi anugerah tadi. Saya belajar dari Guru Nazareth itu: detached pada pemberiannya, tetapi attached pada pemberinya, dan ‘nya’ itu cuma Allah (yang repotnya, mesti dicari dalam dialog seperti Guru berwacana dengan perempuan Yunani itu.
Tuhan, mohon rahmat kebijaksanaan sehingga anugerah-Mu semakin meluas. Amin.
KAMIS BIASA V A/2
13 Februari 2020
Posting Tahun B/2 2018: Agama Mukjizat
Posting Tahun A/2 2014: Dosa Menjauhkan, Doa Mendekatkan
Categories: Daily Reflection