Semalam kami menonton film PK yang memperkenalkan dua Tuhan. Pertama, Tuhan yang menciptakan alam semesta. Kedua, Tuhan yang diciptakan manusia. Kepada Tuhan yang pertamalah manusia sesungguhnya hendak berbakti, tetapi kebanyakan orang paling banter hanya sibuk dengan Tuhan yang kedua. Itu mengapa manusia berlagak untuk membela eksistensi Tuhan, atau sebaliknya, menentang keberadaan-Nya. Padahal, yang mereka ributkan sebetulnya ya cuma Tuhan bikinan mereka sendiri, dan Tuhan macam begini bagus sebagai modal bisnis ketakutan.
Kalau sejak zaman Guru dari Nazareth sampai Paus Gereja Katolik sekarang ini menyerukan “Jangan takut”, itu artinya ketakutan memang sesuatu yang lumrah. Artinya, ketakutan bukan barang langka atau tabu. Setiap orang boleh mengalami ketakutan. Bahkan, ketakutan itu juga punya aspek positif: sebagai sinyal bahaya sehingga orang bisa lebih waspada untuk mengambil keputusan. Kata tetangga jauh saya ada pepatah yang berbunyi: daripada orang tua, orang muda jadi tentara yang lebih baik tetapi sopir yang lebih buruk. Kenapa? Soalnya, mereka tak punya takut pada bahaya, bahkan kematian, dan risiko bahaya itu tak masuk dalam variabel pertimbangan mereka.
Teks bacaan hari ini berkonteks pengutusan umat beriman dan Guru dari Nazareth sadar betul bahwa reaksi pertama terhadap konsekuensi pengutusan itu adalah ketakutan. Kalau Anda tidak punya ketakutan seperti itu, bisa jadi Anda tidak sungguh beriman atau tidak mengerti maksud pengutusan umat beriman untuk membangun Kerajaan Allah atau ukhuwwah islamiyyah itu. Bisa jadi Anda menghidupi perilaku saleh untuk keselamatan sendiri dengan mengikuti seluruh aturan agama tetapi tak punya inisiatif dan kreativitas untuk membangun dunia baru yang lebih baik bagi semakin banyak orang. Di balik itu, sebetulnya ada ketakutan tersembunyi.
Ini adalah jenis ketakutan pada bahaya yang datangnya bukan dari luar, melainkan dari dalam diri orang sendiri: takut untuk keluar dari diri sendiri dan berpartisipasi membangun dunia baru, takut membuka hati, takut kehilangan kepemilikan, takut gagal, dan seterusnya. Ketakutan jenis ini membuat orang hidup dalam cinta bersyarat, pengampunan bersyarat, kebebasan bersyarat. Terhadap ketakutan macam begini, Guru dari Nazareth menyodorkan alasan untuk tidak dikontrol olehnya: pada waktunya toh semua akan jadi terang, tak perlu menyembunyikan kelemahan atau kegelapan hidup, terang yang akan menilainya. Orang tak perlu menyembunyikan identitasnya sebagai umat beriman.
Kepada alasan pertama itu ditambahkan dua alasan lain mengapa orang beriman tidak sepantasnya hidup dalam kendali ketakutan. Pertama, hidup orang dan keselamatannya tidak ditentukan oleh siapa pun di muka bumi ini. Orang bisa mencederai jasmani atau mental orang lainnya, tetapi tak akan bisa menghancurkan jiwanya. Kedua, Allah yang sanggup menghancurkan jiwa manusia itu jebulnya menghargai bahkan burung yang dianggap insignifikan (karena bisanya cuma mengambili bulir padi yang mereka tanam). Mungkinkah sosok Allah ini menghancurkan hidup manusia dengan kekuatan dan kelemahannya?
Yang menghancurkan hidup manusia justru ketakutannya sendiri yang tak terkendali. Artinya, alih-alih menyelisik bahaya yang ditandakan oleh ketakutannya, orang membiarkan diri dikendalikan oleh ketakutan itu sendiri sehingga seluruh hidupnya macet, lumpuh, hancur.
Tuhan, mohon rahmat untuk mengelola ketakutan dalam hidup kami. Amin.
HARI MINGGU BIASA XII A/2
21 Juni 2020
Yer 20,10-13
Rm 5,12-15
Mat 10,26-33
Categories: Daily Reflection
Sayangnya krn keterbatasan pengetahuan atau rasa tdk percaya diri per individu atas wajah Tuhan yg pertama, dan krn konon dg alasan “brotherhood of man” lalu Wajah Tuhan di-institusionalkan dn dikembangkan sec populis.
Sayangnya ketika sdh dlm populisme, sebag individu malah kehilangan identitas atau menjd nyaris tanpa suara (subordinasi)
Sayangnya lg ketika wjh individu yg hilang hendak diusung kembali ke permukaan (agar kembali kesadaran), muncul YNHarrari (wakaka…)
Dulu individu disabotase populisme, sekarang disabotase digital/biometric
Jd bgmn baiknya, Rm?
Kl buku Stephen King bs lgs ditutup bukunya/dihentikan pembacaannya. Kalau hidup…
LikeLike