Guru dari Nazareth dalam kisah hari ini seperti pandemi covid-19 yang membuat disrupsi. Betapa tidak, pandemi memaksa sebagian orang menggeser pusat hidup keagamaannya dari tempat ibadat publik ke rumah, dari ikatan primordial agama ke ikatan keluarga. Guru dari Nazareth yang bernama Yesus ini pun melakukan disrupsi yang mengejutkan kedua orang tuanya, tetapi akhirnya kembali pada dunia hidup keluarga juga.
Ceritanya begini. Diinsinuasikan di situ bahwa keluarga Yesus-Maria-Yusuf ini adalah keluarga sakinah yang begitu taat pada hukum agama. Mereka tak pernah alpa untuk ziarah tahunan ke Yerusalem. Dengan demikian, disodorkan kenyataan bahwa Yesus sudah begitu akrab dengan hukum agama sejak masa kecilnya.
Akan tetapi, ketenangan keluarga sakinah itu terusik ketika umur kaki Yesus ini menginjak masa akil balik. Ia hilang dari genggaman emak-bapaknya. Si emak mengira Yesus digandeng bapaknya. Si bapak mengira Yesus nginthil emaknya. Setelah keduanya tabayun, masih mengira bahwa anaknya mesti dengan kerabat atau teman-temannya dalam rombongan. Jebulnya, gak ada. Selama tiga hari kedua orang tua ini mencari anak mereka dan ketemunya malah di Bait Allah. Si anak sedang berdiskusi dengan para ahli Kitab Suci dan pemuka agama. Dalam konteks ini, pembaca sebetulnya sudah bisa menengarai tanda kebijaksanaan Yesus yang kelak memukai banyak orang. Itu diantisipasi dalam ayat 47: semua orang yang mendengar jawabannya sangat heran akan kecerdasannya.
Yang menarik, penulis teks itu sebetulnya menunjukkan bagaimana keluarga tanpa berpusat pada Allah adalah nonsense. Memang Yesus menjadi sentral sebagai anak yang akan diperhatikan oleh orang tua yang bertanggung jawab. Akan tetapi, kalau persoalannya cuma orang tua kehilangan anak, kenapa juga Lukas mesti menceritakan apa yang dibuat Yesus dan orang-orang di sekelilingnya? Ini bukan perkara ortu yang kehilangan anak, melainkan perkara bagaimana keluarga itu mesti berpusat pada pokok keagamaan: Bait Allah dan Kitab Suci. Itulah locus yang dihidupi Yesus, calon Guru dari Nazareth. Tiga hari pencarian orang tuanya bisa jadi adalah momen pandemi yang mestinya menuntun orang pada kesadaran di mana sesungguhnya pusat keagamaan.
Ceritanya tak selesai sampai di situ. Meskipun kecerdasan Yesus mengenai insight keagamaan memukai para ahli agama sampai-sampai orang tuanya sendiri tak mengerti apa yang diomongkannya, ia pulang ke Nazareth dan hidup dalam asuhan mereka, yang tidak paham perkataan anak mereka sendiri. Aneh, bukan? Yesus diasuh orang tua yang tidak paham sepak terjang dan tutur katanya. Poinnya bukan apakah orang tua ini bisa mengasuh, melainkan bahwa baik orang tua dan anak ini sama-sama work from home untuk menangkap apa yang dikehendaki Allah dalam hidup mereka. Itulah yang membuat hidup keluarga jadi tidak nonsense.
Kalau Gereja Katolik hari ini memuliakan kesucian hati Bunda Maria, tentu saja merujuk pada disposisinya untuk senantiasa menyimpan perkara yang belum terpahaminya dalam hati. Maksudnya, senantiasa tafakur untuk menggeser pusat hidup mereka ke dalam penyelenggaraan ilahi sendiri. Dengan demikian, ia tidak berpretensi lebih tahu atau lebih cerdas dari anaknya, tetapi terus berjalan bersama anaknya untuk mengerti apa yang dikehendaki Allah dari hidup mereka sampai kelak kesudahannya.
Tuhan, mohon rahmat ketekunan untuk berziarah mencari dan menemukan kehendak-Mu bagi hidup kami. Amin.
PERINGATAN WAJIB HATI TERSUCI SP MARIA
(Sabtu Biasa XI A/2)
20 Juni 2020
Posting 2018: Salah Sangka
Posting 2016: Simpan di Tempat Sejuk
Posting 2015: Emas Murni Ada. Hati Murni?
Posting 2014: Duc in altum
Categories: Daily Reflection
Salah satu efek covid …. saya (tunjuk tangan) jd selalu mantengin blog ini (wkwkwk mhn kesabarannya, romo)
Jd Yesus mendobrak ketenangan keluarga sakinah ya? Horeeeeeee…. saya senang, krn mnrt saya keluarga sakinah bernuansa patriarki,… horeeeee… hidup Yesus, yg menjdkan perem juga sebagai murid nya, wl lalu dlm masy yg patriarkal hanya diam2 menyimpan dlm hatinya (hahaha ups)
LikeLike
Ini Bu Noni Jakarta, kan?
LikeLike
Rm, sy bukan Bu Noni Jakarta, atau yg dari jakarta
Anu, sy seorg anonymous, yg Rm belum kenal
Kl sy sudah tau Rm, pernah lihat, wl belum kenal juga haha
Salam kenal, Rm
Dan salam hormat
LikeLike
Bu Noni yang baik, terima kasih komentarnya. Kalau begitu maaf, saya keliru orang.
LikeLike
Anu…konotasi diam2 menyimpan dlm hatinya dlm tulisan di atas, …menyimpan perkara yg belum terpahaminya dlm hati (atau brgkl belum sanggup terpahami atau belum mau terpahami) hahaha
LikeLike