Manakah yang lebih Anda percayai dalam beriman: kata-kata atau ramalan?
Jangan buru-buru menjawab karena saya juga ngasal nanya’ aja. Bukankah dalam kata-kata juga tersirat ramalan sementara ramalan menggunakan kata-kata? Alhasil, mengenai keyakinan, ya kembali saja pada batin Anda sendiri, mana yang lebih meyakinkan Anda, tak usah ambil pusing mana yang diyakini orang lain. Yang perlu Anda ambil pusing adalah bagaimana Anda sampai pada keyakinan itu; dan uji saja keyakinan itu seturut insight bacaan kemarin: apakah dasarnya ideologis ataukah perjumpaan autentik dengan Tuhan.
Teks hari ini mengisahkan beberapa orang Yunani yang rupanya ingin sekali melihat Guru dari Nazareth. Katakanlah mereka ini pemeluk agama Yahudi yang masih kinyis-kinyis. Sebagai orang Yunani, mereka rupanya tak begitu terpukau oleh kata-kata. Ini berbeda dengan orang Yahudi yang begitu getol dengan kata-kata. Maklumlah, kepercayaan mereka berpusat pada hukum Taurat, yang diyakini sebagai Sabda Allah sendiri. Orang Yunani sudah terbiasa dengan manifestasi ilahi yang dipertontonkan oleh ahli supranatural sehingga mereka lebih klop dengan penglihatan.
Karena mereka ini orang Yunani, mereka datang pada Filipus, yang rupanya juga fasih berbahasa Yunani. Filipus omong ke Andreas, lalu mereka menyampaikannya kepada Guru dari Nazareth.
Menarik untuk dicermati bahwa kata ‘melihat’ yang disampaikan orang Yunani itu bukan ‘melihat’ dengan mata fisik, melainkan melihat dengan mata batin. Maka dari itu, tanggapan Guru dari Nazareth terasa agak janggal. Tak penting lagi apakah pada kenyataannya orang Yunani itu ketemu Guru dari Nazareth atau tidak.
Pesannya ialah, kalau mau jumpa dengan Guru dari Nazareth ini, mereka mesti menghidupi paradoks salib: kalau biji gandum tak mati dan jatuh ke tanah, ya ndak menghasilkan buah. Ini bukan perkara benar salahnya keyakinan bahwa Guru dari Nazareth ini mati disalib. Tak ada yang bisa membuktikannya. Paling-paling ya dengan klaim ilahi. Gak kelar-kelar dong, lha wong ilahi kok diklaim. Yang ilahi ya dihidupi saja dalam yang insani, dan tak ada yang bilang bahwa itu gampang laksana minum obat seturut resep dokter.
Tuhan, mohon rahmat kerendahhatian supaya hidup kami boleh jadi seperti gandum yang mati dan jatuh ke tanah. Amin.
HARI MINGGU PRAPASKA V B/1
21 Maret 2021
Yer 31,31-34
Ibr 5,7-9
Yoh 12,20-33
Posting 2018: Learning by Nyemplung
Posting 2015: Sepi dalam Ramai
Categories: Daily Reflection