Rapuh

Jika mesti memilih antara membela Allah atau manusia nan rapuh, manakah yang Anda pilih?
Tentu Anda ingat bahwa Allah tak bisa dibela, wong justru Dia yang membela manusia. Kalau Anda tak menonton film PK, sekurang-kurangnya itulah yang ditunjukkan Guru dari Nazareth ketika dia diprovokasi untuk menyatakan sikapnya terhadap perempuan yang tertangkap berzinah. Mau membela hukum agama atau pesakitan ini. Sebetulnya masih rancu soal apa yang mereka maksud dengan berzinah, tetapi baiklah lihat pesan terakhirnya saja: Aku tidak menghukum engkau. Pergilah, dan mulai sekarang jangan berbuat dosa lagi.

Pesan ini mulia dan membebaskan orang bahkan dari cengkeraman hukum agama, tetapi tak gampang dituruti. Ini bukan lagi soal perempuan yang tertangkap basah itu. Ada begitu banyak manusia rapuh yang terdiskriminasi juga akibat hukum agama: mereka yang hidup dalam perceraian, prostitusi online maupun offline, penderita sakit menular, single mother, homoseksual, dan seterusnya. Saya tidak bicara soal hukum agamanya, tetapi bagaimana orang memandang manusia rapuh dengan kaca mata hukum agamanya.

Guru dari Nazareth jelaslah diperangkap. Jika beliau menyatakan pembelaannya terhadap perempuan tadi dengan berkata,”Jangan rajam dia!”, menjadi jelas bahwa beliau mengabaikan hukum agama. Akan tetapi, beliau tidak terburu-buru mengatakan hal itu, meskipun sebetulnya ujungnya ya begitu. Beliau ambil waktu sedemikian sehingga semua jadi penasaran untuk mengetahui sikapnya setelah didesak para pemuka agama untuk menyatakan pendapatnya.

Jawabannya memukau: mbok ngacalah dulu pada hukum agamamu sendiri, apakah itu kalian pakai untuk menyucikan batin atau untuk memuslihatkan batil. Kalau memang batinmu sungguh suci, coba saja rajam manusia rapuh itu.
Alhasil, satu per satu ngeloyor pergi karena manusia rapuh itu ya diri mereka sendiri; mosok mau merajam diri sendiri.🤭

Sesama bus kota tak perlulah saling mendahului. Guru dari Nazareth tak menghendaki manusia rapuh memakai hukum agama, hukum Tuhan, hukum ilahi untuk mendiskriminasi manusia rapuh lainnya. Bukankah hukum itu disebut ilahi justru supaya membantu orang mengadopsi sifat-sifat ilahi? Kalau begitu, semestinya memerdekakan, bukan malah mengungkung orang dalam kebenaran dirinya. Tentu, maksudnya memerdekakan orang sehingga ia tak lagi dikendalikan oleh kerapuhannya, bukan merdeka untuk berkubang dalam kerapuhan. Ini yang susah; bisa jadi orang lebih senang jadi budak kerapuhan daripada melepaskan diri darinya.

Tuhan, mohon rahmat kejernihan hati dan budi untuk menghidupi hukum cinta-Mu. Amin.


HARI SENIN PRAPASKA V
22 Maret 2021

Dan 13,1-9.15-17.19-30.33-62
Yoh 8,1-11

Posting 2020: Till Tomorrow
Posting 2019: Yang Gak Kenal 1998
Posting 2017: Lebih Baik Absen
Posting 2016: Jadilah Anak-anak Terang
Posting 2015: Dasar Koruptor!

Posting 2014: Kemurahhatian Menuntut Pertobatan