Kebulusan

Points to ponder:

  1. Menjalankan kewajiban agama itu penting, tetapi lebih penting lagi hati yang menggerakkannya. What is essential is invisible to the eye.
  2. Ukuran kesempurnaan hukum agama tidak terletak pada aneka (keseragaman) rumusan, gerakan, atau aktivitasnya, tetapi pada apa yang hidup dalam hatinya.
  3. Jika hati terisi ketulusan, tak ada ruang untuk kemunafikan dan orang beriman boleh berjumpa dengan diri sesungguhnya, berjumpa dengan Allah juga.

Kluster-kluster Covid-19 yang muncul dalam aneka aktivitas atas nama keagamaan barangkali menjadi batu uji orang beriman untuk membedakan ketulusan dari kebulusan. Keyakinan “Mati hidup di tangan Tuhan” atau “Takdir di tangan Tuhan” atau “Allah itu Mahakuasa” dan sejenisnya menjadi keyakinan naif jika diisi dengan skala prioritas nilai mencari keselamatan individual.
Betul bahwa mati hidup di tangan Tuhan, tetapi manusia bukanlah Tuhan, dan karena itu perlu berikhtiar mencari apa yang dikehendaki Tuhan dari hidupnya, bukan malah menyerahkan diri kepada fatalisme atau, sebaliknya, rasionalisme belaka. Dalam keduanya, hati orang tak terisi ketulusan, tak muncul pula kemurahhatian, keikhlasan, karena bulus menguasainya.

Tuhan, mohon rahmat kejernihan budi dan kebeningan hati untuk mengenali kehendak-Mu dalam hidup kami. Amin.


RABU BIASA XI B/1
16 Juni 2021

2Kor 9,6-11
Mat 6,1-6.16-18

Rabu Biasa XI A/1 2017: Menjual Diri
Rabu Biasa XI B/1 2015: Puasa Oh Puasa