A Settled Heart

Konon ini pepatah Cina, yang saya dengar dari tetangga di negara juara bal-balan Piala Eropa 2020 (tapi terjadi di tahun 2021): berilah ikan kepada orang dan engkau memberinya makan untuk sehari, ajarilah orang menangkap ikan [mengolahnya juga gak?] dan engkau memberinya makan sepanjang hidupnya.
Barangkali jika diterapkan pada agama, ‘ikan’ itu adalah aneka tetek bengek aturannya, sedangkan ‘menangkap ikan’ adalah way of lifenya. Memang, suatu way of life memerlukan juga tetek bengek aturan, tetapi hanya pada awal untuk membangun way of life itu sendiri.
Berarti, kalau orang sudah melampaui tahap awal, gak ada aturan lagi ya, Rom?
Bukan gitu. Aturan itu sudah menjadi way of life, orang tak lagi menatap aturannya, tetapi tujuan yang hendak digapai lewat aturannya.

Mungkin seperti orang main bal-balan gitu dehgak mungkin kan pemain profesional masih pikir-pikir boleh gak pegang bola, boleh gak umpan teman yang sendirian berlari di daerah lawan, boleh gak throw-in melewati garis, dan seterusnya. Itu semua sudah mendarah daging dalam pengetahuannya, tetapi tidak membelenggu pengetahuannya.
Contohlah pemain bola yang dipuji oleh Jose Mourinho pada laga final Piala Eropa lalu: dia mengambil risiko mendapat kartu kuning karena melanggar, tetapi tak sampai membuatnya dikartu merah, dan membuat timnya terhindar dari bahaya. Pelanggaran pun termasuk dalam bagian permainan dan tidak ditangkapnya sebagai aturan mutlak yang menentukan segala-galanya.

Untuk sampai pada kecerdasan seperti itu, saya kira dibutuhkan mental yang dalam ungkapan Jawa diistilahkan dengan kata mĕnĕp, mengendap. Memang, pemain tersebut rupanya termasuk senior dengan usia 36 tahun, punya waktu lebih lama untuk mengendapkan pengalaman bermain dan menikmati seni sepak bola.

Guru dari Nazareth mengundang para muridnya untuk beristirahat. Apa maksudnya istirahat? Bukan sekadar melemaskan otot, melainkan melakukan pengendapan, melihat kembali way of life mereka bersama Sang Guru. Kalau tidak, apalagi pada masa kabar duka semakin intensif mendekati lingkaran hidup pribadi, orang beragama bisa jadi begitu sibuk bertingkah (bertingkah baik, bukan buruk) tetapi hatinya tak mengendap bersama Sang Guru atau apa deh istilahnya. Tanpa pengendapan, orang mudah terombang-ambing dan panik oleh aneka hoaks, dan way of life hanyalah omong kosong.

Tuhan, mohon rahmat kejernihan hati supaya hidup kami semakin mewujudkan cinta-Mu. Amin.


HARI MINGGU BIASA XVI B/1
18 Juli 2021

Yer 23,1-6
Ef 2,13-18
Mrk 6,30-34

Posting 2015: Misa Kok Tegang