Takdir Orang Beriman

Kira-kira begini bunyi dogma Gereja Katolik yang dirayakan hari ini: Bunda Maria yang tak bernoda, yang tetap perawan selamanya, sesudah menyelesaikan perjalanan hidupnya di dunia, diangkat memasuki kemuliaan surga beserta badan dan jiwanya. Anda tidak harus memercayai dogma itu untuk belajar darinya; boleh meragukannya atau bahkan menyangkalnya. It’s none of my business. Saya cuma mau memetik pelajaran dari dogma itu. Sekurang-kurangnya menurut tetangga jauh saya, ada dua hal yang pantas diperhatikan.

Pertama, tidak dikatakan di situ bahwa Bunda Maria diangkat ke surga, seakan-akan dari bawah pelan-pelan naik sampai lama-lama tak kelihatan saking tingginya. Di situ dikatakan ‘diangkat memasuki kemuliaan surgawi’. Lha, kemuliaan surgawi bukanlah tempat, melainkan keadaan baru. Ini juga yang dialami putranya, entah dia bangkit atau tidak: ia memasuki keadaan baru dalam tahap kehidupannya. Tak ada lagi keterikatan ruang-waktu. Nah, kalau tak terikat ruang-waktu, pribadi begini ini malah bisa ada di mana-mana, bukan? Dengan begitu, Bunda Maria ini jadi seperti makhluk ilahi lainnya: bersama Anda, bersama saya, di mana pun, kapan pun.

Kedua, tidak dikatakan juga dalam dogma itu bahwa diangkatnya manusia masuk dalam kemuliaan surgawi itu adalah privilese Bunda Maria. Ini tak hanya terjadi pada beliau, tetapi juga pada Anda, pada keluarga Anda, pada siapa pun yang percaya akan persekutuan dengan Allah, termasuk yang menyudahi perjalanan biologisnya karena covid-19 (ini sudah 2021 kok ya masih 19 ya). Kalau begitu, dogma itu mau mengatakan bahwa destinasi semua orang ialah kemuliaan surgawi seperti yang sudah ‘dimodelkan’ oleh Bunda Maria tadi.

Barangkali perbandingan ini membantu: sewaktu Anda masih janin dalam rahim ibu Anda (atau ibu tetangga, mungkin), totalitas hidup Anda disokong oleh dunia rahim. Semua kebutuhan terpenuhi di sana, bahkan tanpa kerja paru-paru Anda. Organ-organ tubuh Anda sebagai janin tidak berkembang karena memang tidak dibutuhkan untuk berkembang. Baru setelah janin ini putus hubungan dengan dunia rahim, organ-organ tadi berkembang dan menjalankan fungsinya sendiri. Pada titik inilah bisa dilihat bagaimana janin masuk ke dunia baru dengan totalitas dirinya, dengan badan dan jiwanya, yang tak terpisahkan [yang kemudian dalam filsafat Yunani mesti dipisah-pisahkan dan menganggap dunia material ini jahat]. Sebagaimana janin yang diangkat dari rahim masuk dalam kemuliaan hidup yang lebih agung dari dunia rahim ibunya, begitu pula orang yang diangkat dalam kemuliaan surgawi setelah peziarahan hidupnya di bumi ini: Allahlah yang memberikan kemuliaan itu.

Teks bacaan hari ini menyodorkan pujian Bunda Maria kepada Allah yang melakukan intervensi dalam hidupnya: bukan perkara menyembuhkannya dari sakit, dari pandemi, atau membuatnya tak bisa mati, melainkan perkara memberi kemuliaan hidup entah ketika fungsi biologis berlangsung atau berhenti. Takdir Anda, seperti dimodelkan Bunda Maria, adalah hidup dalam dunia Allah dengan segenap badan dan jiwa.

Tuhan, mohon rahmat supaya kami senantiasa memelihara integritas cinta-Mu dengan segenap hati dan budi kami. Amin.


HARI RAYA SP MARIA DIANGKAT KE SURGA
(Minggu Biasa XX B/1)
15 Agustus 2021

Why 11,19a;12,1.3-6a.10ab
1Kor 15,20-26
Luk 1,39-56

Posting 2015: Kavling Badan di Surga