Anda tahu bahwa orang sendu itu kemungkinan besar matanya ijo alias mata duitan. Apa-apa saja dilihatnya dengan referensi duit. Apa-apa saja diukurnya dengan duit. Orang-orang sendu seperti ini disimbolkan dengan Bartimeus yang dikisahkan dalam teks bacaan hari ini. Kisahnya sederhana, dan memang tampaknya maksud penulisanya juga sederhana: membentangkan dunia yang memungkinkan orang melihat terang kehidupan, mendapat keselamatan dalam hidupnya. Kalau begitu, tak perlulah teks ini dipersempit sasarannya pada orang-orang sendu, kecuali kalau kita semua senang duit, yang tentu tak identik dengan butuh duit.
Ada beberapa pokok yang bisa direnungkan dari cerita ini:
- Mulai dari hasil akhirnya: “Pada saat itu juga melihatlah Bartimeus, lalu ia mengikuti Yesus dalam perjalanannya.” Akhir cerita tidak menunjuk pada kesembuhan Bartimeus dari kebutaannya, melainkan pada tindak mengikuti Yesus dalam perjalanannya. Berarti, keselamatan orang beriman itu juga terjadinya dalam perjalanan, dalam gerak mengikuti Yesus tadi, bukan hanya dalam satu momen mak cling tertentu. Jadi, in my humble opinion, kalau ada pengkhotbah yang terus menerus menekankan “Kita ini sudah diselamatkan Yesus, maka bla bla bla”, sebaiknya telinga Anda lebih selektif atau malah memasang filter terhadap kata yang problematis, yaitu kata “sudah”. Kalau tak mau menghilangkan kata itu, sebaiknya pasangkanlah kata itu dengan frase antonimnya: “tapi belum”. Jadinya, kita ini sudah-sekaligus-belum diselamatkan Yesus.
- Alasan lain dari IMHO tadi ialah bahwa teks sendiri mengatakan begini: “Pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau.” Jadi, rupanya keselamatan itu bergantung juga pada iman orang yang bersangkutan. Tak mengherankan bahwa muncul aneka usaha untuk mengetahui pengaruh keyakinan seseorang terhadap keberhasilannya. Kalau orang tak punya keyakinan untuk sembuh dari sakit, sel-sel tubuhnya sendiri memberi kode bahwa sakitnya tak akan sembuh, njuk mendapat kekuatan kesembuhannya dari mana?
- Iman, di pihak Bartimeus, bukan hanya perkara percaya atau tahu ini itu mengenai agama. Iman adalah perkara komitmen dan keterlibatan tindakan: Bartimeus menanggalkan mantolnya, yang amat penting untuk menampung derma atau amal. Pada mantol itu perhatian Bartimeus tertuju sebelum perjumpaannya dengan Anak Daud. Bartimeus tak mau lagi memandang ke bawah, menghitung berapa banyak uang sedekah diterimanya. Ia sendiri benar-benar mau melihat, memandang ke atas: what is essential is invisible to the eye.
- Karena iman itu penting bagi keselamatan, dinamika iman ini juga memengaruhi keselamatan bersama. Orang banyak yang, katakanlah, tak buta seperti Bartimeus, jebulnya juga tak luput dari kesesatan. Orang-orang yang tak buta itu malah jadi penghambat bagi Bartimeus. Barangkali orang-orang beragama yang gemar politik identitas dengan paradigma mayoritas-minoritas berusaha berlabuh pada Yerusalem yang dilihat para murid Yesus: kemuliaan diri sendiri, kehormatan diri sendiri, juga kalau diri itu diperluas menjadi agama.
Tuhan, jadikanlah kami pembawa terang kehidupan lebih daripada biang perang keributan yang menjauhkan kami semua dari keselamatan-Mu. Amin.
HARI MINGGU BIASA XXX B/1
24 Oktober 2021
Yer 31,7-9
Ibr 5,1-6
Mrk 10,46-52
Posting 2015: Susahnya Jadi Nobody
Categories: Daily Reflection