Sewaktu kekerdilan jiwa saya berjaya, perayaan yang disodorkan Gereja Katolik setiap tanggal 1 November ini selalu saya tangkap sebagai perayaan orang-orang yang sudah dibeatifikasi oleh Gereja Katolik. Ya namanya juga kerdil, wawasannya kurang luas, identifikasi dirinya juga jadi sebatas struktur Gereja Katolik. Padahal, kalau menilik teks bacaan hari ini, alurnya cukup jelas: orang kudus ialah umat Allah yang berada di koridor proyek (keselamatan) Allah: mula-mula terbangun dalam totalitas umat Israel dan dilanjutkan sampai sekarang dalam diri mereka yang tersengat, entah langsung atau tidak langsung, oleh model bin gaya hidup Guru dari Nazareth.
Tanda-tanda orang yang tersengat oleh gaya hidup Guru dari Nazareth disodorkan dalam Sabda Bahagia hari ini, dan di kepala saya tidak hanya muncul para pendahulu geng saya, tetapi juga para wali yang menebarkan benih-benih Islam di Nusantara ini. Keyakinan itu saya peroleh dari momen istimewa untuk berziarah ke makam mereka, tempat saya juga belajar menimba makna hidup yang tertambat pada kemuliaan Allah; mulai dari urip iku urupnya Sunan Kalijaga (senafas dengan homo vivensnya Santo Ireneaus) sampai kebijakan karitatif Sunan Drajat (yang seharmoni dengan kesaksian hidup Mother Teresa).
Pada kenyataannya, dunia hidup ini sepertinya terus dihantui oleh orang-orang medioker: mati tak mau, hidup segan; menyangkal diri jahat, tetapi juga tak mau menjadi kudus. Alhasil, dengan penuh keyakinan memuliakan Allah, orang-orang ini cuma memuliakan dirinya sendiri.
Tuhan, mohon rahmat kebijaksanaan supaya hidup kami sungguh klop dengan AMDG (ad maiorem dei gloriam) alih-alih amdg (ad maioren diri gue). Amin.
HARI RAYA SEMUA ORANG KUDUS
Hari Minggu Pekan Biasa XXXI B/1
1 November 2021
Why 7,2-4.9-14
1Yoh 3,1-3
Mat 5,1-12a
Posting 2015: Tragedi Orang Kudus
Categories: Daily Reflection