Aku Lebih Anu

Sepanjang sejarah manusia beragama, saya yakin masih ada yang memelihara keyakinan arogan bahwa agama yang datang belakangan menggantikan agama sebelumnya dalam arti yang belakangan lebih baik daripada yang pertama. Maka, nongollah penilaian bahwa agama primitif lebih jelek dari agama modern; padahal, bisa jadi agama yang datang belakangan malah bikin rusak hidup manusia. Silakan cari sendiri agama yang datang belakangan itu [dan kalau Anda hanya berpikir mengenai agama Katolik, Kristen, Islam, dan sejenisnya, Anda terciduk definisi sempit agama].

Dalam Injil, misalnya, dinarasikan soal anggur baru kantong lama, yang oleh sebagian orang ditafsirkan bahwa kantong lama lebih jelek dari kantong baru. Padahal, gak ada ceritanya teks itu bicara mengenai jelek bagusnya kantong. Itu cuma soal cocok tidaknya kantong. Tafsiran begini ini yang kerap menyesatkan orang beragama sendiri. Tak mengherankan, Yesus mewanti-wanti para muridnya: jangan lu kira!
Yesus ini tidak datang untuk menghancurkan Hukum Taurat, tetapi untuk menggenapinya. Itu juga tidak omong soal Yesus lebih baik dari Hukum Taurat, kan? Nah, entah bagaimana orang mengeluarkan instrumen tafsirannya sendiri sehingga hasilnya ngawur.

Itu tak beda jauh dari terjemahan Injil hari ini. Semoga Anda tidak menyepelekan kata hubung. Dalam terjemahan bahasa Indonesia, teks hari ini seakan-akan menggiring keyakinan arogan tadi. Seakan-akan Yesus itu bilang begini: “Kalian kan dengar perintah Taurat: jangan membunuh; tetapi aku berkata kepadamu bla bla bla.” Artinya, bla bla bla tadi dipertentangkan dengan perintah Taurat jangan membunuh. Padahal, konon teks aslinya tidak ada kata hubung ‘tetapi’ itu! Tapi ya gitu deh, kata hubung…

Mestinya lebih tepat nuansanya begini. “Kalian kan dengar perintah agama: jangan membunuh; nah, sekarang ayo kita lihat apa maksudnya membunuh. Menurutku, setiap orang yang marah terhadap saudaranya, bisa jadi sesungguhnya dia membunuh saudaranya.”
Dengan kata lain, Yesus itu rupanya mengajak pendengarnya untuk menafsir ulang perintah agama supaya orang bisa masuk ke kedalaman hidupnya; bukan waton ngikut tafsiran orang lain yang bisa jadi malah menyesatkannya, apalagi kalau sudah membawa embel-embel otoritas.

Baiklah saya berhenti di ayat itu saja. Yesus memaknai kata ‘membunuh’ yang rupanya bukan lagi sekadar menghilangkan nyawa orang lain, melainkan juga mematikan ‘spirit’ orang lain. Senang orang lain susah, susah orang lain senang; gosip; fitnah, dan seterusnya. Tapi teks tidak bicara perkara itu. Lihat lagi saja: marah.

Apa problemnya dengan marah? Bukankah Allah sendiri dikabarkan pemarah, bisa murka? Mengapa Yesus mengategorikan marah sebagai bentuk ‘pembunuhan’ juga? Allah pembunuhkah?
Ada perbedaan marahnya Allah dan marahnya orang. Allah murka karena ketidakadilan manusia, tetapi Allah ini tetap cinta pada manusia yang melakukan ketidakadilan. Orang marah ke orang lainnya lagi karena orang lain itu melakukan ketidakadilan, tetapi juga marah ke orangnya. Memang susah memilah antara dosa dan pendosa; paling gampang menyamakannya. Tak mengherankan, orang maunya pendosa itu dilenyapkan saja dari muka bumi ini; tak ada toleransi; orang [yang mengklaim diri baik] maunya mereka para bajingan itu dibasmi saja supaya tak melakukan dosa lagi; orang ngambek, mutung, regresi dan seterusnya.

Rupanya justru di situlah tantangan umat beriman. Tidak gampang juga mengatakan dari kedalaman hati, “Tuhan, ampunilah mereka karena mereka tak tahu apa yang mereka lakukan.” Bisa saja sih mengatakan kalimat itu dengan entengnya sebelum ‘membunuh’ orang itu. Bisa aja sih mendoakan kalimat itu, tetapi masih menyimpan arogansi dalam hatinya: aku lebih baik, agamaku lebih baik, keluargaku lebih baik, dan seterusnya.

Itu malah tidak cocok dengan ayat selanjutnya yang menyebut kata korban. Korban persembahan dalam ritual Yahudi dulu berarti sarana pendekatan diri kepada Allah; tetapi apa artinya dekat dengan Allah dan menjauhi manusia alias ‘membunuh’ manusia selain kemunafikan?

Tuhan, mohon rahmat kebijaksanaan untuk memandang hidup kami sebagaimana Engkau sendiri memandangnya. Amin.


HARI MINGGU BIASA VI A/1
12 Februari 2023

Sir 15,15-20
1Kor 2,6-10
Mat 5,17-37

Posting 2017: Nyoblos Nomor Berapa Ya?