Petugas

Published by

on

Tahukah Anda perbedaan antara buruh harian dan hamba [atau budak atau mungkin petugas partai]? Dua-duanya bisa jadi punya target bayaran meskipun yang satu jelas bersifat harian dan yang lain entah mingguan atau jangan-jangan tahunan [berapa kali pinjam seratus dulu ya kalo gitu].
Terlepas dari segi upah, pernahkah Anda mengamati kinerja pekerja proyek harian dan borongan? Cukup lihat tendensinya: buruh proyek kerja harian berkepentingan tiap hari dapat kerjaan, sedangkan buruh borongan berkepentingan mendapat pekerjaan borongan sebanyak-banyaknya. Dengan begitu, mentalitas yang satu kira-kira “yang bisa dikerjakan besok, jangan dikerjakan hari ini” dan yang lainnya “cepat selesaikan borongan supaya cepat dapat borongan lain.”

Baik kategori harian maupun borongan rupanya tidak menentukan kualitas pekerjaan. Yang menentukan kualitas kinerja dibicarakan dalam teks perumpamaan bacaan hari ini. Silakan Anda baca dulu teks bacaan ketiga di bawah (Mat 25,14-30). Persoalan ada pada hamba terakhir, yang jika dirunut dari kinerja hamba-hamba sebelumnya, selayaknya dia menghasilkan satu talenta. Alih-alih setor dua talenta, dia mengembalikan satu talenta yang diterimanya sejak semula. Artinya, hutang itu tidak dipakai untuk apa-apa! Dipendam doang buat koleksi pendaman.

Saya tidak mengerti mengapa ada demo menyerang pemerintah karena hutang membengkak. Semestinya, yang didemo bukan membengkaknya hutang, melainkan pemakaian hutang itu mengalir ke mana dan outputnya apa. Kalau cuma untuk konsumtif dan gaya-gaya doang supaya kelihatan seperti rakyat negara maju, nah itu mestinya yang diprotes. Hanya saja, untuk tahu itu, dibutuhkan data, bukan sentimen rasa.

Tapi kembali ke topik awal tadilah: apakah ada perbedaan antara buruh harian dan hamba?
Dalam dunia yang dibahas Kitab Suci, memang ada. Dalam dunia perbudakan dulu, hamba itu terikat pada tuannya. Sang tuan tanggung jawab penuh (alias berkuasa) terhadap kehidupan hamba mereka. Seberapa bermartabat seorang tuan itu akan kelihatan dari bagaimana dia memperlakukan hambanya. Tak mengherankan, ada juga kisah bagaimana seorang perwira Roma mengupayakan kesembuhan hambanya. Terlepas dari sentimen apakah perwira ini punya belas kasih atau tidak, dia tahu posisi penting hambanya untuk keberlangsungan hidupnya juga.

Sebaliknya, seorang hamba yang baik, meskipun dari kesejahteraannya tidak jauh lebih baik dari buruh harian, ia akan terlibat penuh dalam proyek tuannya. Dalam perumpamaan hari ini, hamba seperti itu direpresentasikan oleh dua hamba pertama yang mendapat lima talenta dan dua talenta. Mereka ini punya visi-misi kerja yang klop dengan tuannya; itulah ketaatan. Sudah saya bahas, taat itu tak sederhana: entah Anda buruh harian, budak, petugas partai, atau apa lagi namanya. Saya pernah singgung di tautan ini.

Jika seorang hamba disebut berkualitas karena visi-misinya klop dengan tuannya, menjadi jelaslah bahwa ia jadi problematis ketika visi-misinya justru klop dengan ideologi lain. Dalam perumpamaan ditunjukkan bahwa hamba ketiga itu rupanya meyakini bahwa tuannya adalah manusia kejam yang menuai di tempat ia tak menabur. Mengenai keyakinan hamba itu, saya no comment selain bertanya apakah satu talenta itu bukan wujud menaburnya sang tuan?

Perumpamaan ini tampaknya tidak dimaksudkan untuk menohok para debitur anggaran negara yang tidak memakai hutangnya untuk produksi atau usaha (meskipun bisa juga sih diarahkan ke situ), tetapi memperingatkan para pemuka agama yang bisanya cuma memagari Sabda Allah di kepalanya sendiri. Para pemuka agama macam ini berusaha memendam warisan religius supaya sampai akhir zaman warisan religius itu tetap intact alias utuh seperti sedia kala. Mereka lupa bahwa Sabda Allah itu tentu dimaksudkan bagi semua orang dengan segala pecicilannya. Alhasil, sudah sewajarnyalah Sabda Allah atau agama diolah dengan segala pecicilannya tadi sehingga pastilah ada perkembangan.

Kalau tidak, agama akhirnya cuma jadi ritual, tak layak dihidupi di pasar, dan orang-orangnya tak lebih dari petugas ritual dan pastilah akan ditinggal. Hamba yang baik dalam perumpamaan tadi ialah mereka yang mengerti betul apa yang perlu intact dan apa yang mesti berubah seturut blusukannya.

Tuhan, mohon rahmat kebijaksanaan supaya kami tetap setia menjadi petugas bin hamba-Mu, dan tidak pindah ke lain hati. Amin.


MINGGU BIASA XXXIII A/1
19 November 2023

Ams 31,10-13.19-20.30-31
1Tes 5,1-6
Mat 25,14-30

Posting 2020: Talenta
Posting 2017: God’s Talent

Posting 2014: Setan Ketakutan

Previous Post
Next Post