Rentenier

Published by

on

Jika menyimak posting What do you mean by ‘conversion’?, tak seorang pun dari Anda dan saya yang tidak diminta untuk tobat karena tobat lebih dari perkara kapok ala kirik yang bolak-balik dipukuli moncongnya supaya tak lagi masuk kamar atau tempat lain. Saya tidak tahu apakah ini pedagogi yang baik untuk kirik, tetapi jelas tidak baik untuk manusia. Dalam posting itu saya menegaskan bahwa pertobatan adalah perkara solidaritas manusia terhadap proyek keselamatan Allah.

Sayangnya, teks bacaan hari ini menyodorkan karakter-karakter yang mungkin memang relate dengan kebanyakan dari Anda dan saya, yang ujung-ujungnya ialah pertanyaan “Apa yang harus kuperbuat?”
Yohanes Pembaptis, tidak seperti saya, begitu murah hati untuk menjawab pertanyaan semacam itu. Kalau saya jadi Yohanes Pembaptis, saya pasti akan menjawab “Ya sak karepmu tah! Urip-uripmu dhewe!” (Ya terserah Anda mau apa toh! Hidup-hidup Anda sendiri!) Setiap orang mesti proaktif dan mengunyah jeruknya sendiri, tidak selamanya dikunyahkan orang lain.

Syukurlah, Yohanes Pembaptis lebih generous dari saya dan ia toh meladeni pertanyaan dari tiga kelompok orang yang semuanya menanyakan apa yang harus mereka perbuat. Kepada orang banyak, Pembaptis bilang supaya jika mereka memang punya pakaian dalam berlebih, mereka berikan kelebihan itu kepada mereka yang tidak punya [Tentu, bukan daleman bekas pakai]. Ia tidak mengajarkan bahwa mereka yang tak punya pangan sandang mesti merebut dari mereka yang berkelimpahan. Pembaptis ini tampaknya tidak pernah mengenyam kursus atau kuliah analisis sosial. Tak mengherankan, ia mengedepankan sikap dermawan lebih daripada melihat jalinan relasi kuasa antarkelompok masyarakat.

Kepada petugas pajak, Pembaptis minta supaya mereka tidak jadi pemburu renten alias rentenier. Kekaisaran punya kebijakan pajak langsung (pajak kepala dan tanah) dan tak langsung (tol alias tax on location, tarif, bea cukai). Pajak langsung dilakukan oleh petugas kekaisaran, sedangkan pajak tak langsung diserahkan kepada otoritas lokal. Nah, rupanya, pada perkara pajak tak langsung ini, orang bisa membeli hak untuk memungut pajak, termasuk juga untuk mempekerjakan orang lain dalam mengumpulkan pajak. Nah, kalau itu dibayar di muka sebagai talangan kepada pemerintah Romawi, bukankah si pemungut pajak lokal ini bisa menarik pajak sesuka hatinya dan menyetorkan ke otoritas sesuka hatinya juga?

Kepada anggota militer, yang kemungkinan besar bukan pasukan kekaisaran Romawi, melainkan tentara bayaran penguasa lokal, Pembaptis mengatakan supaya mereka mencukupkan hidup dengan gaji yang mereka sepakati dengan penguasa lokal. Kalau memang tidak cukup, seharusnyalah dibicarakan dengan penguasa lokal. Kalau mau protes, juga protesnya kepada penguasa lokal, bukan dengan jalan memeras atau menindas rakyat jelantah yang jelas tak punya kekuatan dan kekuasaan untuk melawan.

Kepada ketiga kelompok itu, Pembaptis tampaknya menyodorkan prinsip yang mirip: janganlah menyalahgunakan kekuasaan untuk kepentingan sendiri. Pangan sandang jelas fundamental untuk diri sendiri, tetapi begitu juga untuk orang lain. Pajak juga fundamental untuk kelangsungan penyelenggaraan hidup bersama, tetapi itu tak berarti bisa seenak wudel dinaikkan untuk menutupi kepentingan pribadi-pribadi yang punya kuasa. Militer pun demikian halnya, sangat penting, tetapi dalam konteks tanpa peperangan, penggunaan kuasa untuk intimidasi, menindas lawan, apalagi yang tanpa daya, jelas melenceng dari hakikat militer itu sendiri.

Alhasil, untuk Anda dan saya, tentu ada beragam bentuk pertobatan, tetapi semuanya jadi muspra jika dasarnya hanya kompulsif atau impulsif. Anda dan saya memilih untuk berbagi bukan karena Anda dan saya harus berbagi, melainkan karena berbagi itu adalah buah pertobatan. Seorang tentara membantu orang tua lemah untuk menyeberang jalan bukan karena ia harus melakukannya, melainkan karena ia mesti mengarahkan kekuatannya bukan hanya untuk dirinya sendiri. Silakan sesuaikan untuk profesi Anda masing-masing asalkan jangan jadi rentenier penumpuk harta demi lingkaran sempitnya.

Tuhan, mohon rahmat kepekaan supaya hidup kami sungguh menjadi buah pertobatan kami. Amin.


HARI MINGGU ADVEN III C/2
15 Desember 2024

Zef 3,14-18a
Flp 4,4-7
Luk 3,10-18

Posting 2021: Adil dan Beradab
Posting 2018: Robek KTP Bendera Tercecer

Posting 2015: Jadi Aku Mesti Gimana?

One response to “Rentenier”

  1. widya Avatar

    Amin.

    Like

Previous Post
Next Post