Sudah hampir lima tahun terakhir saya tidak melakukan medical check up karena beberapa alasan. Salah satunya, saya dianjurkan untuk menurunkan berat badan sebanyak 18 kilogram. Konon saya sudah masuk dalam tahap preobesitas. Dengan senang hati saya melakukannya tetapi setelah turun 8 kilogram, saya melihat diri saya sendiri seperti angkrok tanpa balutan daging. Lalu saya teringat bahwa dokter yang memberi saran itu tidak terlihat seperti angkrok, lebih gemuk dari saya. Akhirnya, saya tidak lagi melanjutkan penurunan berat badan, dan berkat bantuan pandemi, delapan kilo yang hilang itu kembali dan malah dapat bonus 50%. Berapakah bobot saya?🤣
Poin saya bukan berat badan, melainkan kredibilitas penasihat. Anda akan mengurungkan niat Anda berkonsultasi pada psikolog yang terlihat stres atau tak kenal dirinya sendiri. Begitu pula pada dokter yang sakit-sakitan atau pemuka agama yang mabuk-mabukan. Tidak ada kredibilitas di situ. Hal serupa juga bisa menimpa pada orang-orang yang merasa telah menempuh jalan sesat, lalu memberi nasihat supaya orang lain tak terjerat kesalahan yang telah ia perbuat. Nasihat itu tak punya kredibilitas: bukan karena nasihatnya keliru, melainkan karena tak ada kredibilitas. Jika tak ada kredibilitas, ketimpangan atau ketidakadilan mengintai.
Loh, mosok ya mesti menunggu sempurna untuk memberi nasihat, Rom?
Ya bukan begitu, sesama pendosa dilarang saling mendahului, tetapi sekurang-kurangnya, tak usahlah memberi nasihat (apalagi tak diminta) yang kita sendiri, sekurang-kurangnya, tak mau menjalaninya. Itu tidak fair.
Yohanes Pembaptis memberi contoh fairness itu. Semua kelompok orang datang kepadanya dan meminta nasihat dengan pertanyaan,”Apa yang harus kami perbuat?” Kepada orang banyak dianjurkannya suatu hidup yang tak superfluous: punya baju dua, ya kasihlah satu kepada mereka yang gak punya. Kepada kaum pemungut cukai dianjurkannya perilaku yang sesuai dengan koridor aturan: pungutlah sesuai jatah seharusnya, tak usah mark up segala. Kepada para tentara diberikannya nasihat supaya hidup tidak mengandalkan kekuatan fisik untuk merampas, memeras dengan alasan gaji kurang.
Kesemuanya itu merujuk pada prinsip keadilan dan keadaban dan di atas prinsip itulah orang bisa mengalami kegembiraan dalam hidupnya. Itu sudah terlebih dulu dijalani Yohanes Pembaptis dan karena itu ia punya kredibilitas untuk dimintai nasihat oleh semua golongan orang.
Tuhan, mohon rahmat kebijaksanaan supaya kami dapat bertindak adil dan beradab. Amin.
HARI MINGGU ADVEN III C/2
12 Desember 2021
Zef 3,14-18a
Flp 4,4-7
Luk 3,10-18
Posting 2018: Robek KTP Bendera Tercecer
Posting 2015: Jadi Aku Mesti Gimana?
Categories: Daily Reflection