Anda tentu pernah mendengar kata profan yang dalam Oxford Learner’s Dictionary dikatakan berasal dari bahasa Latin “profanus” yang berarti ‘outside the temple, not sacred’, sedangkan sakral dari kata dasar “sacer” yang berarti ‘holy’. Tak mengherankan, dalam KBBI dituliskan profan dengan beberapa kata sifat: tidak bersangkutan dengan agama atau tujuan keagamaan; lawan sakral, tidak kudus karena tercemar, kotor, tidak termasuk yang kudus, duniawi.
Akan tetapi, apakah yang profan itu memang berlawanan dengan yang sakral ya?🤔 Apakah sesuatu yang bersifat sakral itu berarti tidak profan dan, sebaliknya, yang sakral tak bisa sekaligus profan? Misalnya, apakah gereja itu sesuatu yang sakral dan tidak bisa profan? Dalam gereja Katolik mungkin lebih kentara lagi halnya: apakah tabernakel, tempat disimpannya hosti suci itu adalah tempat sakral atau profan; apakah air yang dipakai untuk menandai diri dengan tanda salib itu suci atau profan?
Pertanyaan itu memang tricky, seakan-akan ‘profan’ dan ‘sakral’ itu dua label yang salah satunya bisa dilekatkan pada benda atau peristiwa tertentu. Kalau mau dijadikan label, ‘profan’ dan ‘sakral’ dilekatkan pada perspektif orang sebagai bagian dari cara melihat dan berpikirnya. Dalam awal teks bacaan Injil hari ini ditunjukkan bagaimana yang sakral masuk dalam dunia profan, bagaimana yang profan dirasuki oleh yang sakral: sejarah manusia konkret menjadi ajang Sabda Allah. Tentu, dari sudut pandang kekristenan, Sabda Allah yang dimaksud adalah pribadi Kristus, yang kedatangannya disiapkan oleh Yohanes Pembaptis. Dari sudut pandang agama lain, Sabda Allah itu dimanifestasikan dalam wujud lain.
Poinnya sama: sejarah manusia senantiasa berjalan sebagai ‘sejarah Allah’. Maka dari itu, undangan masa menjelang Natal merupakan ajakan untuk menjadikan hidup manusia sebagai tanda dan sarana keselamatan dari Allah. Itu mengapa dikenal istilah sakramen. Orang yang hidup dari sakramen ialah mereka yang menjadikan sejarah hidupnya sebagai ‘sejarah Allah’ tadi, mereka yang mengupayakan supaya dunia profan tersambung dengan yang sakral. Karena ini perkara perspektif, undangan itu bisa luput. Alih-alih membuat yang profan tersambung dengan yang sakral, orang malah memperlakukan yang sakral dengan agenda profan; itulah yang dikenal sebagai sakrilegi; yang sakral diberi label dan diperlakukan sebagai perkara profan, dan sebaliknya.
Tuhan, mohon rahmat kebijaksanaan supaya hidup kami sungguh dapat menjadi sakramen cinta Allah yang senantiasa ingin hadir dalam hidup receh. Amin.
HARI MINGGU ADVEN II C/2
5 Desember 2021
Bar 5,1-9
Flp 1,4-6.8-11
Luk 3,1-6
Posting 2018: Tobat Jadi Presiden
Posting 2015: Allah Menipu?
Categories: Daily Reflection