Believe it or not: daripada Anda dan saya, setan lebih peka terhadap Yang Ilahi. Sekurang-kurangnya, begitulah digambarkan penulis teks bacaan utama hari ini. Orang banyak digambarkan sebagai kerumunan orang yang terkagum-kagum oleh mukjizat tetapi hidup mereka tak tersentuh oleh Yang Ilahi. Orang macam begini lebih gemar label dan sensasi agama daripada substansi iman. Tidak mengherankan, penghayatan agamanya jadi seremonial belaka alih-alih membangun transformasi sosial: yang penting beribadat pada waktunya, ikut pantang dan puasa, dan memberi sumbangan! Itu hal-hal yang bisa dilakukan juga oleh para koruptor, bukan?
Maka dari itu, dalam teks digambarkan, mereka jadi heboh karena ajaran dan tindakan Guru dari Nazareth tapi ya hanya sebatas heboh dengan ungkapan-ungkapan mereka: emang agak laen, benar-benar luar biasa, semacam ajaran baru dan cara mengajarnya begitu wow! Kehebohan itu tak lantas membuat mereka menangkap identitas Guru dari Nazareth. Identitas itu malah diungkap oleh roh-roh jahat yang rupanya sangat sensitif dengan kehadiran Yang Ilahi.
Yes, bagai dua magnet [mau bilang matahari kembar kok gimana gitu] yang saling menolak, roh jahat itu jadi antitesis Guru dari Nazareth. Begitulah, roh jahat itu lebih sensitif daripada Anda dan saya, yang mungkin lebih mirip dengan pelepah pisang atau kayu jati yang tidak tolak menolak atau tarik menarik dengan magnet. Reaksi cepat dari roh jahat mengindikasikan bahwa Guru dari Nazareth ini datang dari Yang Ilahi dan reaksi cepat seperti ini bisa membahayakan di tengah kerumunan orang banyak yang tahunya cuma seremonial dan sensasi agama tadi. Masuk akal, Guru dari Nazareth menyuruh setan itu diam dan pergi dari tempatnya nongkrong.
Menariknya, penulis teks ini rupanya juga bukan orang yang gemar label agama dengan segala serimonialnya. Ia tidak tertarik pada eksorsismenya sendiri. Indikatornya, ia tidak menyampaikan mantra, protokol, atau rumus pengusiran setan. Tidak juga ditampilkan bahwa Guru dari Nazareth menggunakan nama Allah untuk mengusir setan. Penulis teks tetap fokus pada otoritas ilahi yang dibawa Guru dari Nazareth, yang membungkam baik reaksi cepat roh jahat maupun kelatahan orang banyak yang hanya jadi bystander.
Di situ, Anda dan saya diundang untuk menyelisik otoritas atau magnet yang Anda dan saya perjuangkan: apakah itu reaksi cepat antitesis terhadap Yang Ilahi, kegalauan yang anarkis dan waton sulaya, atau sikap asertif dalam tegangan transaksional. Reaksi pertama menyiratkan Anda dan saya tersusupi magnet roh jahat, yang mungkin hanya menarik cuan. Kondisi kedua mengindikasikan Anda dan saya tetap seperti gedebok pisang yang oportunis. Keadaan terakhir mengindikasikan dalam diri Anda dan saya ada magnet dari Yang Ilahi.
Tuhan, mohon rahmat kebijaksanaan supaya pilihan dan tindakan kami sungguh terarah pada kemuliaan-Mu. Amin.
SELASA PEKAN BIASA I C/1
14 Januari 2025
Posting 2021: Kontradiksi
Posting 2019: Putus Hubungan
Posting 2017: Pak Wibowo
Posting 2015: Tuhan? Gak Ada Urusan!
