Kontradiksi

Dalam suatu kesempatan kuliah daring, seorang mahasiswi memperkenalkan dirinya lewat rekaman video. Ia menguraikan biodata, keluarga beserta hobi-hobinya. Yang menarik ialah bagaimana ia menggambarkan warna kesukaannya: merah. Pada latar belakang memang tampak beberapa perabot berwarna merah. Kursi bakso, bingkai cermin, kotak buku, dan lain-lainnya. Sedemikian sukanya dia pada warna merah sehingga semua kaos dan bajunya selalu ada nuansa merahnya. Begitu katanya, tetapi ia seakan tak sadar bahwa kaos yang dikenakannya berwarna hijau polos. Mungkin pinjaman tetangganya.

Kontradiksi bisa meruntuhkan kredibilitas, tetapi kalau perkaranya cuma hobi atau selera, ya cincailah. Bisa jadi orang sleep of tongue atau memang sengaja modus, membela diri, atau tak punya cukup mindfulness. Di samping itu, soal selera, orang bisa saja memiliki lebih dari satu warna, makanan, mainan, hobi, dan seterusnya. Selera yang kontras pun tak bisa jadi alasan untuk menyebut orangnya kontradiktif karena kontradiksi adalah perkara melawan apa yang dikatakan, dinyatakan. Kontradiksi yang meruntuhkan kredibilitas ialah yang berhubungan dengan integritas seseorang: walk the talk, satunya kata dan perbuatan.

Orang beragama biasanya punya banyak kontradiksi karena mengambil insight dari dunia baka, yang dimensinya berbeda dari dunia fana. Cobalah tengok bagaimana mereka mengklaim satu Tuhan, tetapi secara praktis hidupnya terikat bin lekat pada Tuhan lain yang mengontrolnya: baik orang maupun barang.
Ya, tapi itu cuma tuhan-tuhan kecil aja, Mo.
Sepertinya begitu, tetapi persis di situ masalahnya. Keterikatan alias kelekatan pada tuhan-huruf-kecil sedemikian rupa sehingga hidupnya dikontrol oleh tuhan-huruf-kecil itu membuat huruf kecilnya jadi besar! Orang tunduk dan taat pada tuhan-huruf-kecil itu. Ini kontradiktif!
Ooo, mungkin maksud Romo itu inkonsisten ya?
Hmmm, ya wis manut waelah.😂 

Baru saya sadari dalam teks bacaan hari ini bahwa sifat misterius bukan eksklusif milik Allah. Roh jahat pun demikian sifatnya. Ketika Guru dari Nazareth mendatangi orang yang kerasukan roh jahat, dari mulut orang itu keluar uneg-uneg kejengkelannya. “Kamu hendak membinasakan kami?” “Aku tahu siapa kamu!” Tadinya memakai kata ganti jamak (kami), kok njuk sebagai subjek jadi tunggal (aku)! Ini inkonsisten atau kontradiktif ya? Dua-duanya aja.😁 Ya begitulah kira-kira roh jahat.

Tersirat dalam cerita itu bahwa karakter yang berterima bagi umat beriman ialah pribadi yang insight hidupnya datang dari Allah dan tutur kata dan tindakannya sejalur dengan insight itu. Ini kontras dengan orang beragama yang ajaran dan tindakannya inkonsisten atau kontradiktif. Orang beragama jadi kurang kredibel.

Ya Tuhan, mohon rahmat kesadaran supaya pilihan dan tindakan kami sungguh terarah pada kemuliaan-Mu. Amin.


SELASA PEKAN BIASA I B/1
12 Januari 2021

Ibr 2,5-12
Mrk 1,21b-28

Posting 2019: Putus Hubungan 
Posting 2017: Pak Wibowo
Posting 2015: Tuhan? Gak Ada Urusan!