Saya bukan pemain ping pong, tetapi suatu ketika pernah mengejutkan teman saya yang piawai ping pong karena pada saat ia melakukan smash, tanpa sengaja saya bisa melakukan push dan bolanya begitu cepat sehingga ia hanya bisa melongo dan tak bisa mengembalikannya lagi. Hanya sekali itu seumur hidup saya bisa melakukannya. Kerennya ialah, teman saya ini sportif dan menerima kekalahannya dalam game itu.
Kerennya teman saya ini seperti Yesus yang diceritakan berhadapan dengan perempuan pagan yang memohon bantuannya. Konon, wilayah pagan dengan kota-kota megah itu menyimpan perang dingin dengan wilayah desa tempat Yesus hidup: mereka mendapat pasokan bahan makanan dari desa, bahkan saat terjadi kelangkaan bahan pangan. Bisa dimengerti jika orang-orang desa ini tak begitu senang dengan rantai pasok makanan ini. Di lain sisi, mereka tetap butuh pemasukan juga dari ekspor ke wilayah-wilayah pagan. Ungkapan Yesus dengan kalimat keras “Tidak patut mengambil roti untuk anak-anak dan melemparkannya kepada anjing” barangkali mencerminkan perseteruan orang desa dan wilayah pagan itu.
Perempuan Siro-Fenisia itu sendiri, dalam konteks perseteruan tadi, sudah mencoba membongkar batas gengsi bangsanya: punya kultur yang bikin makmur mosok ya mesti merendah-rendah lagi minta tolong ke bangsa Yahudi yang sudah memasok makanan buat mereka! Upayanya tak berjalan mulus dan seperti mungkin sudah bisa ditebaknya, ia pasti mendapat cibiran dari bangsa Yahudi sendiri yang merasa superior dalam hidup keagamaan. Jebulnya, bukan cuma cibiran, melainkan juga kata-kata keras yang keluar dari mulut Yesus. Menariknya, perempuan itu melakukan push dengan menunjukkan fakta yang semua orang tahu bahwa anjing toh diizinkan makan remah-remah yang tak dimakan anak-anak.
Di situlah terjadi keajaiban: baik perempuan maupun Yesus membongkar prasangka kultural mereka. Yesus tidak berpretensi bahwa ia harus menang dalam perdebatan karena de facto perempuan itu menunjukkan kenyataan yang tak dapat disangkal. Ia tidak juga bertele-tele untuk mengoreksi pernyataannya dan tinggal menyetujui argumentasi perempuan itu dan kemudian mengabulkan permintaannya. Andai penguasa negeri ini, mungkin Anda dan saya juga, mau melihat kenyataan betapa gendutnya jajaran kabinet dengan segala stafsus-stafsusnya [yang mboh kompeten atau tidak] dan betapa kurusnya ruang fiskal…
Tuhan, mohon rahmat kebijaksanaan untuk melihat kenyataan hidup yang sesungguhnya demi kesejahteraan bersama. Amin.
KAMIS BIASA V C/1
13 Februari 2025
Posting 2021: Berubah
Posting 2019: Selamat Hari Tetot
Posting 2017: Markiza Hueks
Posting 2015: Tuhan Itu Orangnya Pendiam
