Omon2

Published by

on

Tidak semua orang cakap bicara seperti perempuan Siro-Fenesia yang dinarasikan dalam teks bacaan utama kemarin. Ia bisa berbalas pantun dengan konten yang menyuarakan kebenaran. Meskipun demikian, memang tak semua orang harus cakap bicara dengan cara berbalas pantun atau berdebat. Yang penting, orang bisa menyatakan pemahamannya dengan berkata-kata entah secara verbal atau simbolik. Jika tidak, pantas dicurigai apakah orang yang bersangkutan itu sungguh memahami halnya atau hanya berlagak paham.

Saya tidak akan bahas soal efisiensi anggaran dan strategi anggaran karena saya tidak paham betul perkara politik anggaran. Ngerti garis besarnya, semacam potong saja anggaran dinas supaya bisnis rentenier tak merajalela atau pangkas saja anggaran istana megah modern di Kalimantan supaya orang lebih serius membangun kredibilitas bagi investor. Tapi, lebih baik kita cermati saja teks hari ini, yang menyodorkan kenyataan bahwa kuasa Allah bekerja, baik lewat intervensi medis atau via skema di luar nurul.

Dalam keduanya itu, yang penting dalam teks-teks tulisan Markus ini ialah ada hubungan simbolik antara mendengarkan dan kecakapan bicara. Secara fisiologis bisa dimengerti bahwa jika orang tak bisa mendengar, ia tak bisa juga menirukan suara di sekelilingnya. Kalau secara fisiologis orang tak punya masalah, belum tentu ia bisa menghubungkan antara apa yang didengarnya dan apa yang dibicarakannya. Dengan kata lain, belum tentu ia paham apa yang didengarnya. Contohnya adalah para murid Yesus sendiri. Kurang dekat gimana mereka dengan Yesus, tetapi penulis Markus menampilkan mereka sebagai orang-orang bebal yang tak paham apa yang diomongkan guru mereka sendiri.

Begitu pula umumnya orang beragama. Mereka mendengar banyak, tetapi mungkin saja tak ada yang mereka pahami karena yang penting adalah status sosial, jabatan, dan status quo mereka. Itu mengapa agama jadi mandul dan tak jemu-jemunya memelihara formalisme dan tak bersentuhan dengan politik anggaran atau gerakan keadilan sosial, yang sesungguhnya adalah inti perjuangan para tokoh sentral agama. Itulah tragedi Anda dan saya.

Tuhan, mohon rahmat keterbukaan untuk mendengarkan cinta-Mu dan menyatakannya kepada sesama. Amin.


JUMAT BIASA V C/1
14 Februari 2025

Kej 3,1-8
Mrk 7,31-37

Posting 2021: Gagap Cinta
Posting 2019: Direct Message
Posting 2017: Mbok Dibuka Saja

Posting 2015: Dari Mana Datang Malu?

Previous Post
Next Post