Seorang teman saya yang gagap sembuh kegagapannya seketika setelah guru kami menggebrak meja ketika dia sedang berusaha menjawab pertanyaan. Teman kami sembuh, gantian kami yang tergagap-gagap karena terkejut melihat tindakan guru kami. Coba, ini mau dibilang kekerasan atau bukan?😂 Entah itu kekerasan atau bukan, pada kenyataannya teman kami itu benar-benar tidak gagap lagi bicaranya.
Prosedur Guru dari Nazareth menyembuhkan orang tuli dan gagap dalam teks bacaan hari ini tidak sekeras guru bahasa Inggris kami itu, tetapi tindakan simboliknya pantas dipelajari. Setelah perjumpaan dengan wanita Siro-Fenisia yang membuka wawasan beliau, Guru dari Nazareth tidak langsung kembali ke wilayah Israel, tetapi memutar dulu lewat utara. Ini bisa dimengerti, kalau beliau langsung kembali ke selatan dan orang-orang Yahudi tahu bahwa beliau baru saja kembali dari wilayah najis, penolakan tak terhindarkan. Ini lumrah. Kalau Anda hidup dalam dunia eksklusif dan bertobat jadi inklusif, tidak mudahlah bagi kaum eksklusif untuk menerima Anda.
Di wilayah utara itu, Guru dari Nazareth mengambil praktik pagan untuk melakukan penyembuhan orang yang gagap. Bedanya, Guru dari Nazareth tidak komat-kamit mengucapkan mantra ala dukun pagan di sana. Ia memasukkan jari ke telinga orang tuli dan gagap itu, meludah, meraba lidah si sakit [jangan Anda tiru ya], lalu menengadah ke langit dan berkata,”Terbuka dong!”🤭
Ini benar-benar simbolik, seakan jari Guru dari Nazareth ini hendak merepresentasikan jari Allah. Dalam literatur teks suci, jari Allah bisa ditemui misalnya dalam perseteruan Musa dengan Firaun. Sementara itu, ludah bagi orang Israel adalah konsentrat nafas, ‘zat’ roh Allah yang memberi kekuatan hidup.
Dengan begitu, jari di kuping bukan sekadar soal mau korek kuping dan ludah pada lidah bukan cuma soal hydrooxygen pengusir virus. Ini adalah perkara kekuatan Sabda Allah yang membuat orang gagap menjadi lancar bicara. Ini bukan sekadar lancar bicara menjadi beo cerdas, melainkan lancar bicara bahasa yang berbeda, bahasa yang berasal dari keterbukaan telinga batin terhadap Sabda Allah tadi. Bahasa cinta, bahasa dialog, bahasa rekonsiliasi, pengampunan, dan seterusnya. Mengandalkan kekuatan sendiri malah biasanya bikin orang gagap cinta Allah.
Tuhan, mohon kelimpahan rahmat untuk mendengarkan dan menyatakan Sabda Cinta-Mu. Amin.
JUMAT BIASA V B/1
Tahun Baru Imlek
12 Februari 2021
Posting 2019: Direct Message
Posting 2017: Mbok Dibuka Saja
Posting 2015: Dari Mana Datang Malu?
Categories: Daily Reflection