Entah berapa banyak orang Kristen yang gagal paham pernyataan “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa jika tidak melalui aku.” Mereka yang gagal paham itu mengaitkannya dengan persoalan teologi modern, pernyataan umum tentang “Allah” sehingga bunyinya jadi “Tidak ada seorang pun yang datang kepada Allah tanpa melalui aku. Memang betul orang Kristen menyebut Allah itu Bapa, tetapi itu kan tidak berarti bahwa orang yang tidak menyebut Allah sebagai Bapa tidak bisa datang kepada-Nya.
Lagipula, pernyataan yang disodorkan Yesus itu muncul dalam wacana perpisahan yang ditujukan kepada murid-muridnya yang percaya pada sebutan Bapa itu tadi. Ia tidak sedang menyodorkan pernyataan kepada orang-orang Farisi atau Saduki, tetapi pada murid-muridnya sendiri. Artinya, tidak ada seorang pun dari mereka yang bisa datang kepada Bapa tanpa melalui Yesus. Kenapa? Ya karena mereka percaya kepada kesaksian Yesus dan Allah yang diwartakan Yesus: Allah yang melalui inkarnasi hadir dalam hidup dan kematian Yesus. Lha, bagi orang yang percaya kepada Allah sebagai Bapa itu, gimana mungkin ia mengenali Allah bukan sebagai Bapa, bukan? Dari mana mereka mengenali itu kalau bukan dari Yesus, bukan?
Dua rasul yang dipestakan Gereja Katolik hari ini, Filipus dan Yakobus, adalah contoh murid Yesus yang tak mungkin datang kepada Allah Bapa tanpa menjalani hidup seperti diteladankan oleh guru mereka. Mereka bahkan tidak hanya menjalani hidup seperti teladan guru mereka, tetapi juga mati dengan cara seperti yang menimpa guru mereka. Mereka dipersekusi oleh status quo. Konon, salah satu dari mereka juga disalib, meskipun dengan posisi terbalik.
Jika teks bacaan utama hari ini mesti disodorkan kepada dunia modern dengan pluralitas agamanya, tentu bukan labelnya yang disodorkan, melainkan cara hidup sebagai pola yang bisa disodorkan kepada siapa saja. Itulah cara hidup yang menentang tendensi status quo, cara hidup yang membongkar struktur ketidakadilan dalam diri setiap orang, cara hidup yang tentu mengundang risiko dibenci oleh ‘dunia’ yang dalam teks Yohanes adalah manusia pecinta status quo yang gemar cara-cara gelap. Sampai di sini, tak perlu saya jabarkan lagi cara-cara gelap dan terang.
Semoga Anda dan saya diberi rahmat untuk bertekun dalam memperjuangkan keadilan, bukan lagi secara individual, melainkan secara sosial. Amin.
PESTA SANTO FILIPUS DAN YAKOBUS
Sabtu Paska II
3 Mei 2025
Posting 2019: Jalan Bener Hidup
Posting 2017: In Love with Mother Earth
Posting 2016: “Pusing” The Limit
Posting 2014: Kenalan Dong
