Sewaktu memimpin misa Kamis Putih di stasi kecil, saya berhutang budi pada petugas yang kelupaan menutup patung dan gambar Yesus dengan kain ungu. Dengan begitu, saya bisa menunjukkan kepada umat pakaian yang dikenakan Yesus ketika ia membasuh kaki para muridnya. Ia melepas mantol dan jubahnya, dan tinggal mengenakan perizoma: ini penutup tubuh yang harus dikenakan budak tanpa penutup-penutup lainnya.
Teks bacaan utama hari ini menuturkan bahwa Petrus, begitu dikasih tahu bahwa orang nun jauh di sana itu Yesus, segera mengenakan pakaian, karena katanya ia tak berpakaian. Aneh juga, mosok orang cari ikan malam-malam nan dingin begitu gak pakai apa-apa. Jadi, pastilah penulis Yohanes ini tidak sedang bikin laporan mengenai penampakan Yesus, melainkan menggambarkan bagaimana kebangkitan itu berdampak. Salah satunya ialah bahwa si Petrus njuk mengenakan pakaian, dan pakaian ini bukan lagi pakaian jubah dan mantol. Aneh aja dong mau nyemplung ke air malah pakai mantol dan jubah. Jadi, kalau mau logis-logisan sebagai laporan peristiwa, tentu bukan mantol dan jubah, melainkan perizoma yang bisa dikencangkan di pinggang.
Dengan pakaian seperti yang dikenakan Yesus pada perjamuan malam terakhir itu, karakter Petrus bisa jadi contoh bagaimana orang terdampak oleh kebangkitan. Dia, yang selama itu mengandalkan keyakinan dan kekuatan sendiri dan hasilnya nihil, mengikuti mandat pribadi yang sudah bangkit untuk keluar dari kegelapan, menebarkan jala di sebelah kanan perahu, yang artinya kira-kira memakai cara-cara yang benar, mendapat kelimpahan hasil. Dengan pakaian budak atau pelayan itu, Petrus menghampiri gurunya yang sudah bangkit dan ia pun ditantang untuk meneruskan apa yang sudah dirintis Yesus semasa hidupnya: menggembalakan jiwa-jiwa di tengah ateisme, materialisme, anarkisme, dan seterusnya.
Keluar dari cara-cara gelap mengandaikan orang percaya kepada kebangkitan dan mengenakan pakaian budak tadi: bukan melayani sebagai keterpaksaan akibat sistem hirarki perbudakan, melainkan melayani kemanusiaan, kepentingan bersama, dengan mengambil peran konkret. Peran konkret ini tidak terletak pada status sebagai budak atau pelayan atau buruh, apa pun labelnya (karyawan, dosen, perawat, pejabat, wakil presiden), tetapi pada bagaimana melakukan pekerjaan yang ditujukan untuk membela kepentingan bersama. Di situ, jika Anda punya jabatan yang Anda pakai untuk mengamankan kepentingan kerabat, sanak, keluarga, trah, suku Anda belaka, itu adalah indikator cara-cara gelap.
Semoga, kebangkitan itu berdampak dalam hidup Anda dan saya untuk mengandalkan Allah dalam setiap kerja keras kita. Amin.
HARI MINGGU PASKA III C/1
4 Mei 2025
Kis 5,27b-32.40b-41
Why 5,11-14
Yoh 21,1-19
Posting 2022: Apa Kata Boss
Posting 2019: Rezeki Anak Saleh
Posting 2016: Komitmen Nol, Cinta Zero
