Ber-Tuhan Tanpa Agama?

Konon, Ahok wagub DKI, melontarkan pernyataan yang mungkin menohok banyak orang: “Kita ini masih beragama, tapi tidak ber-Tuhan.”Loh kok bisa? Bukankah agama itu sendiri terbangun karena keyakinan akan adanya Tuhan? Bagaimana mungkin orang bisa beragama kalo gak ber-Tuhan? Kalo orang beragama ya pasti ber-Tuhan dong!

Sebentar, ada orang yang percaya Tuhan itu pencipta dunia, tetapi setelah penciptaan, Dia gak cawe-cawe lagi alias gak ada lagi dalam dunia, gak ada hubungannya lagi dengan dunia; semua diserahkan kepada manusia, terserah manusia mau apa. Nah, kalo orang punya paham seperti itu, ya bisa aja dia beragama, tapi untuknya Tuhan dah gak ada. Yang dimaksud Ahok sepertinya bukan kelompok ini, melainkan mereka yang menjalankan ateisme praktis: iman yang diungkapkan gak sinkron dengan perbuatan. Orang bisa menyatakan Tuhan itu maha pengasih dan penyayang sementara ia menjadi aktor kekerasan dan kekejaman terhadap kelompok agama lain. Ia sangat kuat mempertahankan kulit, tetapi isi tak digubrisnya. Dalam arti itulah ia beragama, tetapi tak ber-Tuhan

Bisakah orang ber-Tuhan tanpa beragama? Bisa, jika yang dimaksud agama hanyalah Kristen, Islam, Katolik, Hindu atau Buddha (governed religion). Tidak bisa, jika agama dipahami sebagai dimensi sosial-kolektif yang dihidupi sebagai ungkapan iman seseorang kepada Tuhan (lived religion).

Dalam menyatakan dirinya, Tuhan memakai mediasi atau perantara. Bacaan Injil hari ini secara jelas menunjukkan bahwa Tuhan mengomunikasikan Diri melalui kesaksian dan pernyataan orang lain. Akan tetapi, karena kecenderungan orang untuk menerima bukti langsung, kesaksian orang lain bisa saja dipaido, tak dipercaya; dan jika ketidakpercayaan itu mencapai titik ekstremnya, orang bisa menyejajarkan dirinya dengan Tuhan sendiri: aku ada atau Tuhan ada, tak bisa dua-duanya ada.

Di hadapan pemimpin agama Yahudi, Petrus menyatakan bahwa kebangkitan Kristus itu tak bisa dipendam. Orang yang menyaksikan dan mendengar kebangkitan Kristus itu tak mungkin menyimpan untuk dirinya sendiri seolah-olah relasi manusia dengan Tuhan hanyalah berdimensi privat dan individual. Jalinan kepercayaan terhadap kesaksian orang dan hubungan masing-masing individu dengan pokok kesaksian (yaitu Tuhan yang diwartakan) itulah yang melanggengkan agama.

religion-is-for-fools

Memang kerapkali orang beragama melakukan hal-hal yang bodoh, tetapi itu tidak berarti bahwa agamanya sendiri keliru. Yang keliru adalah orang yang menghidupinya secara ngawur: ateisme praktis, orang bilang percaya kepada kebangkitan Kristus, tetapi praktiknya ia lebih suka membiarkan Yesus tetap dalam makam, seperti manusia lain pada umumnya, tak perlu dipusingkan, tak perlu dikritisi, tak perlu dimaknai. Begitulah orang yang mengklaim ber-Tuhan tanpa agama: ia tak mau paham Allahnya dikritisi, pokoknya menurutku begini, titik. Lha, malah jadi Tuhan sendiri…


Hari Sabtu dalam Oktaf Paska
26 April 2014

Kis 4,13-21
Silakan kamu putuskan sendiri manakah yang benar di hadapan Allah: taat kepada kamu atau taat kepada Allah. Sebab tidak mungkin bagi kami untuk tidak berkata-kata tentang apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar.
Mrk 16,9-15
Setelah Yesus bangkit pagi-pagi pada hari pertama minggu itu, Ia mula-mula menampakkan diri-Nya kepada Maria Magdalena…Lalu perempuan itu pergi memberitahukannya kepada mereka yang selalu mengiringi Yesus….Tetapi ketika mereka mendengar, bahwa Yesus hidup dan telah dilihat olehnya, mereka tidak percaya…

5 replies