Makan Apa, di Mana, Siapa?

Suatu saat sewaktu berjalan mengemis (400 km dalam waktu 10 hari), kami berjumpa dengan seorang muda yang rupanya juga sedang melakukan ziarah. Dia menghampiri kami dan entah bagaimana tiba-tiba dengan begitu berapi-api ia memberi penjelasan kepada kami bahwa penduduk di daerah A benar-benar mengalami kekeringan. Mereka sangat haus dan butuh bantuan. Dari paparannya, lama kelamaan kami sadar bahwa orang muda ini sedang bicara mengenai kehausan rohani. Kami tentu sangat apresiatif terhadap wacana yang disodorkannya, tetapi entah mengapa saya tidak ingin orang muda ini salah paham (karena ia mulai menggunakan banyak istilah Arab yang tidak saya kuasai). Dengan terus terang saya katakan kepadanya bahwa kami peziarah Katolik, dan tanpa saya duga, ia memisahkan diri begitu saja tanpa basa-basi (padahal seandainya saja ia mau berdialog, bisa jadi malah ada pengayaan hidup bagi dia dan kami).

Kutipan Kitab Yeremia hari ini menyodorkan undangan universal bagi mereka yang haus, lapar, tapi tak punya uang. Untuk orang bisnis, undangan ini tak masuk akal: there ain’t no such thing as free lunch. Di dunia ini gak ada yang gratis. Semua ada cost-nya. Akan tetapi, gratis dan cost adalah dua hal yang tak bisa diletakkan dalam level pemikiran yang sama. Sekurang-kurangnya, dimensinya berbeda, sudut pandangnya berbeda. Gratis pertama-tama soal sudut pandang bahwa segala sesuatu di dunia ini, berapapun cost-nya, bisa diterima sebagai pemberian Allah yang cuma-cuma: gratia, rahmat.

eucharist10

Begitulah Ekaristi. Tentu harus ada anggur, hosti, stola, dan sebagainya yang bisa jadi harganya tidak murah. Lebih ngeri lagi kalau kelompok orang tertentu suka mengundang imam untuk merayakan Ekaristi di hotel: uang yang dibutuhkan lebih banyak lagi. Begitu pula misa perkawinan, bisa jadi dewan paroki gereja tertentu membuat kebijakan sedemikian rupa sehingga biaya untuk merayakan Ekaristi itu begitu membengkak dan bisa dipakai untuk pesta pernikahannya sendiri!

Kisah Injil hari ini menuntun orang untuk masuk ke kedalaman hidup. Ini bukan makanan fisik yang sedang menjadi pokok perhatian. Ini adalah santapan batin. Itu mengapa umat beriman diundang untuk merayakan Ekaristi sesering mungkin: supaya baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus (Rm 8,38-39). Bukan kotbahnya yang penting, bukan asesoris yang utama, melainkan supaya batin orang disentuh juga oleh kekuatan suci yang mengukuhkan cinta orang kepada Kristus dan sesama.

So, sewaktu berkomuni, apa yang Anda lihat dan apa yang ada dalam batin?


MINGGU BIASA XVIII A
3 Agustus 2014

Yes 55,1-3
Rm 8,35.37-39
Mat 14,13-21

4 replies