Kawin Cerai Kawin Cerai….

Bacaan Injil hari ini menyodorkan jebakan orang Farisi kepada Yesus,“Apakah diperbolehkan orang menceraikan isterinya dengan alasan apa saja?” Yesus memang pernah membuat pernyataan mengenai perceraian yang mungkin menggejala dalam masyarakat (Mat 5,31-32). Nah, Yesus mesti menentukan sikap apakah “suami menceraikan isterinya dengan alasan apa pun” itu diperbolehkan. Kenapa ini disebut jebakan?

Kalau dia bilang gak boleh, ia akan dianggap melawan Hukum Musa karena dalam hukum itu memang perceraian diperbolehkan. Akan tetapi, kalau dia bilang boleh, berarti dia tak melihat kompleksitas persoalan seperti dibahas dalam Hukum Musa. Dalam kelompok Farisi sendiri ada perbedaan tafsir mengenai perintah Musa itu: ada yang setuju karena memang dalam hukum ditegaskan perlunya surat cerai (asumsinya: cerai bisa diterima dong!) tetapi ada yang tidak setuju karena jika begitu, aneka alasan bisa dicari-cari demi legalisasi perceraian. Nah, kalau Yesus tidak melihat kompleksitas persoalan ini, berarti kebijaksanaannya gak mengungguli kesempurnaan Hukum Musa dong. Padahal, kebijaksanaan Mesias tentu lebih sempurna dari Hukum Musa! Berarti, dia bukan Mesias, bukan? Itulah target akhirnya, wong memang orang Farisi tak percaya dia Mesias!

Jawaban Yesus begini: jika suami-isteri dengan kehendak bebas dan sesuai dengan kehendak Allah diikat dalam kesatuan terdekat, mereka itu mestinya tidak dengan gampang dipisahkan begitu saja. Ikatan yang landasannya suci seperti itu tak bisa dengan mudah dilepaskan.

Lha kok tahu kalau ikatan itu suci? Yesus mengingatkan penciptaan Adam-Hawa: gak ada yang lain, mau cerai bagaimana wong sudah diciptakan satu laki-laki dan satu perempuan begitu. Kalau mereka cerai, kemanusiaan tak berlangsung! Relasi suami-istri ini jauh lebih dekat daripada relasi orang tua dan anaknya, maka dari itu anak tidak mengawini orang tuanya! Ia pergi ke anak orang lain demi cinta konyugalnya. Itulah kesatuan perkawinan, susah dipisahkan. Lihatlah fenomen perceraian mereka yang perkawinannya ‘memenuhi kriteria’ Yesus tadi: perpisahan menimbulkan luka yang sangat amat dalam!

Kalo gitu kenapa hukum Musa memerintahkan surat cerai? Itu bukan dalam kerangka perintah brow! Itu adalah toleransi kalau karena bebal hati orang tak sanggup bertobat untuk mencintai dan mengampuni pasangannya! Perlu diatur hal-hal teknisnya supaya penindasan tak berkelanjutan karena bebalnya hati orang! Oh, apa gak usah married aja kalau begitu? Yesus bilang, ya boleh saja tidak married, tapi seyogyanya itu juga karena kehendak Allah itu tadi. Sekurang-kurangnya, kalau orang terpanggil untuk tidak married, ia memilihnya ‘demi Kerajaan Allah’, bukan karena takut akan perceraian!

Ya Tuhan, berilah aku kelembutan hati untuk semakin mampu mencinta dan mengampuni sesama.


JUMAT BIASA XIX
SP Maria Diangkat ke Surga (digeser hari Minggu lalu)
15 Agustus 2014

Yeh 16,59-63
Mat 19,3-12

2 replies