Apa Sih yang Ditakutkan?

Masih ingat pesan supaya tak takut terhadap mereka yang bisa membunuh tubuh dan setelah itu tak punya kuasa apa-apa lagi terhadap roh? Si pemberi pesan menunjukkan integritasnya. Sewaktu orang Farisi memberi saran kepadanya supaya menyingkir dari Galilea, wilayah kekuasaan Herodes [kelihatannya sih seperti peduli pada nasib Yesus, tapi dalam hatinya bisa jadi mereka terancam oleh popularitas Yesus], ia malah menjawab: “Bilang ke serigala itu, aku tak takut mati.” Yesus rupanya sudah mencium bau kematiannya sendiri tetapi ia mengerti bahwa sewajarnya ia mati di Yerusalem [di luar wilayah yurisdiksi Herodes] seperti nabi lainnya. Maka ia tak risau dengan ancaman yang disampaikan orang Farisi. 

Paulus membawa pesan yang kurang lebih sama dengan yang ditunjukkan Yesus. Hidup ini sendiri rupanya adalah suatu pertarungan abadi. Tentu bukan pertarungan seperti di DPR yang memalukan itu. Pertarungan yang dimaksud Paulus memerlukan keberanian dan kekuatan rohani, bukan keberanian dan kekuatan okol alias kekuasaan fisik.

Dengan demikian, rasa takut bisa menjadi indikasi apakah kita maju dalam pertarungan rohani (yang medannya ada dalam imajinasi, dalam hati, dalam kehendak, dalam kebebasan). Jika orang takut, ragu-ragu berkepanjangan, apalagi karena kekuatan fisik lawan, orang ada dalam cengkeraman, godaan dari si jahat. Orang dalam genggaman roh baik bisa jadi merasa takut, tapi tidak lama-lama dan objek ketakutannya bukan penderitaan fisik. Orang seperti ini tetap setia dalam prinsip dan punya integritas tinggi untuk menuntaskan tugasnya. Sugeng makarya.


KAMIS BIASA XXX
30 Oktober 2014

Ef 6,10-20
Luk 13,31-35