Hidup sehari-hari memuat begitu banyak tanda yang menghubungkan nilai-nilai atau harapan akan kenyataan tertentu, mulai dari alarm pagi hari sampai padamnya lampu kamar tidur di malam hari. Manusia, lebih dari sekadar alarm dan lampu, adalah juga makhluk simbolik yang tidak hanya menjadi penanda, tetapi juga media kenyataan yang ditandakannya itu. Misalnya, wajah cemberut seseorang barangkali menandakan kekesalannya dan rupanya ia memang kesal. Kegemukan bisa jadi tanda kemakmuran dan sebaliknya, kekurusan bisa jadi tanda susah makan (tentu ada yang kurus meskipun doyan makan).
Wacana yang disodorkan Yesus dalam teks Injil hari ini ialah wacana setelah ia membasuh kaki para muridnya. Pembasuhan kaki itu sendiri adalah tanda hormat budak non-Yahudi terhadap tuan atau tamu tuannya. Akan tetapi, karena Yesus bukan budak, pembasuhan kaki itu menjadi tanda suatu penyambutan, penerimaannya terhadap para murid. Lebih dari itu, ini adalah tindakan cinta yang terang menunjukkan kerendahhatian untuk melayani sesama. Selain itu, Yesus juga menunjuk tanda lain dalam wacananya: Orang yang makan roti-Ku, telah mengangkat tumitnya terhadap Aku (Yoh 13,18). Ini adalah tanda antisipatif yang dikatakan Yesus bahwa di antara murid-muridnya akan ada yang berkhianat.
Pada sosok Yesus memang terdapat simbol cinta nan rendah hati yang melayani sesama. Akan tetapi, sosoknya juga menjadi tanda pengkhianatan; bukan dia yang berkhianat, melainkan orang lain yang menjadikannya objek pengkhianatan. Satu-satunya cara bagi pengikut Kristus untuk mengikuti-Nya ialah dengan menjadi simbol cinta nan rendah hati tadi, yang sudah memuat risiko potensial: ada pihak yang akan mengkianatinya, memanfaatkannya, memperalatnya. Akan tetapi, cinta nan tulus takkan pernah bisa diperalat, diperbudak, dikhianati: ia senantiasa mengalirkan energi kehidupan yang bergeming terhadap kultur kematian yang memberi iming-iming untuk setback.
Ya Tuhan, bantulah aku untuk senantiasa mengandalkan kekuatan-Mu sehingga dapat menatap ke depan, membangun dunia baru, dan tak tergoda untuk kembali ke belakang.
KAMIS PASKA IV
30 April 2015
Posting Tahun Lalu: Menolak Lupa
Categories: Daily Reflection