#KamiTidakTakutNaksir

Mereka yang meletakkan fokus hidupnya pada diri sendiri (diri yang bisa dijadikan objek pemikiran, alias ‘aku’ atau me, yaitu lawan dari ‘AKU’ atau I) hampir bisa dipastikan mengalami kecemasan, kekhawatiran, ketakutan akut. Pada diri orang seperti ini, realitas di luar dirinya diterima sebagai ancaman jika tak cocok dengan apa yang dipikirkan atau diinginkannya. Dalam bacaan pertama orang seperti ini direpresentasikan oleh Raja Saul yang mulai merasa iri dan marah karena bangsanya mulai melihat Daud naik daun. Saul takut akan kekuatan lain yang tampaknya bertambah, bahkan meskipun kekuatan itu merupakan kekuatan baik. Dalam bacaan Injil kemarin orang seperti itu direpresentasikan oleh sekelompok orang Farisi dan Herodian yang bersekongkol untuk membunuh Yesus.

Tulisan Injil Markus dibuat pada saat jemaatnya mengalami ketakutan pada kekuatan roh jahat yang mereka lihat begitu nyata, apalagi agama-agama primitif saat itu juga menggembar-gemborkan manifestasi kekuatan gelap yang menambah intensitas ketakutan orang. Penulis Injil hendak meyakinkan pembacanya bahwa ada kekuatan lain yang lebih besar daripada roh-roh jahat itu. Bagian awal sepak terjang Yesus yang dikisahkan penulis Injil ini menyebutkan penyembuhan yang dilakukan Yesus melibatkan pengusiran setan (Mrk 1,25). Salah satu soal pokok dalam konflik Yesus dengan para ahli Taurat juga berkenaan dengan pengusiran setan ini (Mrk 3,22), dan kelak ketika para murid diutus, mereka diberi kekuatan untuk mengusir roh jahat itu (Mrk 16,17). Ini disodorkan penulis Markus untuk meyakinkan pembacanya, umat beriman, supaya tak larut dalam ketakutan terhadap kekuatan-kekuatan jahat (dan mungkin lebih baik memilih tagar #kaminaksir).

Orang yang sungguh beriman bahkan dapat melakukan penyembuhan meskipun tidak seheboh yang dilakukan Yesus. Dalam konteks agama kristiani, hidup bersama Yesus memberi kekuatan penyembuhan, minimal untuk diri sendiri. Ambillah contoh Anda menyambut orang-orang yang punya keterbatasan ganda (fisik dan mental), dan katakanlah Anda tidak setampan Leonardo DiCaprio (atau DiMaNaPuN Anda berada). Orang-orang itu gembira karena diterima sebagai pribadi apa adanya, dan Anda disembuhkan dari keinginan untuk punya atau berlagak tampan seperti Leonardo DiCaprio. Anda tertular kesembuhan orang yang cacat ganda itu dan berani menampilkan diri apa adanya.

Suara-suara roh jahat yang meneriakkan identitas Yesus menyesatkan orang banyak untuk melihat identitas autentik dari kebesaran Yesus karena suara itu dilontarkan ketika Yesus sedang jaya-jayanya. Roh jahat bungkam terhadap identitas Yesus justru ketika Yesus ada pada tahap krusialnya: salib. Sekali lagi, iman tanpa salib…mbelgedhes.

Allah yang maharahim, semoga aku berani memanggul salibku untuk semakin beriman. Amin.


KAMIS BIASA II C/2
Pesta Wajib St. Agnes
21 Januari 2016

1Sam 18,6-9;19,1-7
Mrk 3,7-12

Posting Tahun Lalu: Yesus Rada-rada Munafik?