Dasar Pengemis

Orang beragama yang cuma bermodal menjalankan aturan akan susah ngerti kata-kata Yesaya: Berpuasa yang Kukehendaki, ialah supaya engkau membuka belenggu-belenggu kelaliman, dan melepaskan tali-tali kuk, supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya dan mematahkan setiap kuk (Yes 58,6 ITB). Ia bisa saja berdalih: itu kan teks Kitab Suci, gak isa dibaca secara letterleijk.

Lha ini ada teks Peter Chrysologus, bukan dari Kitab Suci, ditulis pada sekitar pertengahan abad V Masehi: Quamuis cor excolat, carnem mundet, eradicet uitia, uirtutes serat, si misericordia fluenta non dederit, fructum non colligit ieiunator. Nah, pasti ia punya dalih lagi: bacanya aja gak ngerti! Kalau dikasih tahu cara bacanya pun, ia mengeluarkan stok dalih: terjemahannya apa?

Ya wis, ini teks modern, bukan Kitab Suci, dikutip dari teks Paus Fransiskus: In the light of this love, which is strong as death (cf. Song 8:6), the real poor are revealed as those who refuse to see themselves as such. They consider themselves rich, but they are actually the poorest of the poor. This is because they are slaves to sin, which leads them to use wealth and power not for the service of God and others, but to stifle within their hearts the profound sense that they too are only poor beggars. Jika butuh tautan lengkapnya, silakan klik di sini (semoga belum diblok).

Saya takkan menerjemahkan teks Inggris atau Latin itu (yak opo, aku lho ajar boso Latin patang tahun pas SMA gak tak gae). Ini penangkapan saya: orang puasa bisa aja sih melembutkan hati dan tutur katanya, nyirik daging haram, membasmi kejahatan, menyebarkan kebaikan, tapi kalo aneka tindakannya itu tak mengalirkan kerahiman, belas kasih, kemurahan hati (Allah), ya gak ada pahalanya (nah keluar lagi kan tema yang kemarin; kalau lupa dan mau ingat silakan klik pahala bidadari di sini). Pahala itu ada pada tindakan yang salah satu komponennya ialah for the service of God and others. Tanpa komponen itu, pada dasarnya tindakan orang merupakan kegiatan ngemis. Paus Fransiskus menggelitik pengemis-pengemis kaya yang tak sadar diri, terus menerus mengemis dan mengesampingkan komponen belas kasih itu.

Kalau dipikir-pikir, janjane apa yang dicari pengemis macam itu ya? Duit? Iya pastilah. Kalau dah punya duit banyak? Ya mobillah! Kalau dah bermobil? Ya rumahlah. Njuk? Ya married-lah. Njuk? Ya punya anak toh! Njuk? Ya besarkan anak-anak, naikkan taraf hidup, tingkatkan standar hidup supaya hidup dengan nyaman. Njuk? Ya tinggal menikmati hari tua toh? Njuk? Ya udah to mati. Trus? Ya sudah! Lha kalo cuma nunggu mati aja ngapain repot-repot ngemis puluhan tahun? Dengan kata lain, apa artinya seluruh usaha ngemis itu kalau cuma dimaknai sebagai pengisi waktu luang sebelum mati?

Ya Allah, mohon belas kasih-Mu supaya kami dapat menyalurkannya kepada sesama. Amin.


HARI JUMAT SESUDAH RABU ABU
12 Februari 2016

Yes 58,1-9a
Mat 9,14-15

Posting 2015: Puasa nan Romantis
Posting 2014: How do you fast?