Apa yang membedakan berhala dari Allah yang sesungguhnya? Yang satu tertutup, yang satunya terbuka (eaaaa…. terbuka lagi). Berhala memberi kenyamanan penyembahnya karena klop dengan apa yang disenanginya, diinginkannya, dipikirkannya, diidealkannya, diobjekkannya. Berhala tak bisa diutak-atik karena mata orang sudah terpancang di situ sebagai objek perhatiannya. Persisnya, yang tak bisa diutak-atik adalah sudut pandang penyembah berhala. Berhalanya sih bisa diubah bentuk, tetapi mata hati penyembahnya gak isa ditawar-tawar lagi.
Allah tak bisa diobjekkan dan dengan demikian tak bisa dikungkung oleh pikiran orang dari galaksi manapun. Penyembah Allah ini senantiasa memiliki celah terbuka untuk mengatakan “Yang demikian belum pernah dilihat orang di Israel”, bukan karena pertama-tama halnya sendiri tak pernah ada, melainkan karena penyembah Allah sadar diri bahwa paling jauh ia hanya bisa mengatakan insha’ Allah. Penyembah Allah sadar diri bahwa Allah jauh lebih besar dari pikiran terbaiknya. Artinya, ia punya ruang yang memungkinkannya membangun pemahaman baru atas Allah dengan segala kebesaran-Nya.
Tak mengherankan bahwa orang Farisi dalam teks hari ini berkomentar bahwa pengusiran setan yang dilakukan Yesus itu dibuat dengan kuasa bos setan sendiri. Itulah komentar penyembah berhala yang hanya bisa berpikir dengan perspektif yang membuat dirinya merasa nyaman dan tak terusik dengan pemahaman baru mengenai kuasa Allah. Piye jal, sudah gak terbuka pada ilmu pengetahuan, tambah juga tak mau terbuka pada insight rohani. Mau jadi apa anak ini kalau besar nanti? Ya jadi teroris, ngebom tempat ibadah atau fasilitas publik lainnya.
Mengulang insight hari Minggu kemarin, dalam teks hari ini nongol lagi kata ἐκβάλῃ. Berdoa supaya Allah menendang orang keluar dari kenyamanan berhala dan sungguh-sungguh mau mewartakan Sabda Allah yang bisa memorak-porandakan pikiran manusiawi. Tuaian itu banyak, jadi gak mungkin gak ada yang bisa dikerjakan orang untuk mewartakan Sabda Allah. Penyembah Allah tak bisa leyeh-leyeh menyalahkan situasi di luar dirinya dan tidak berbuat apa-apa. Orang macam ini perlu ditendang. Siapa orang yang perlu ditendang itu? Ya Andalah, mosok saya, hahaha…. itu karena yang berdoa saya. Kalau yang berdoa Anda, tentu yang dimohonkan supaya ditendang itu saya. Terima kasih kalau Anda mau mendoakan saya. Bisa juga sih kita berdoa bersama: Ya Tuhan, semoga kami sanggup mengatasi kemalasan untuk berubah seturut kuasa Sabda-Mu. Amin.
HARI SELASA BIASA XIV
5 Juli 2016
Posting Selasa Biasa XIV B/1 Tahun 2015: Bencana & Efek Jera?
Categories: Daily Reflection