Pada umumnya yang muda-muda itu lebih diminati orang: daun muda, mamah muda (papah muda gimana?), daging kambing muda, misalnya. Bahkan, teks hari ini pun menunjukkan atribut muda itu bagi tokoh sableng kita. Yang ngasih atribut juga sableng sih. Dia bilang,”Inilah anak domba Allah.” Piye gak sableng jal. Jelas-jelas yang ditunjuk itu orang gituloh. Sebutan anak Allah aja sudah bikin runyam, ini disisipi domba segala. Tapi ya sudahlah, poinnya bukan pada atributnya sendiri, melainkan kualitas apa yang mau ditunjukkan oleh atribut itu.
Saya pakai imaji saja biar tak rumit, imaji anak domba zaman sekarang. Masih ingat demo 411 ya? Aparat keamanan menanggung amuk massa. Masih ingat berita polisi yang ‘dicakar’ ibu-ibu tanpa membalasnya? Pernah dengar kabar anggota polantas terseret motor sejauh satu kilometer dan ditendangi anak muda pengendara motornya itu? Saya andaikan berita-berita itu bukan hoax karena dengan itu saya mau pakai contoh konkret.
Kalau itu cuma hoax, bayangkan saja petinju profesional kelas berat yang ditonjoki teman anaknya yang masih sekolah di SMP (kalau berani) karena tersinggung tingkat dewa. Petinju itu membalas anak itu dengan uppercut mematikannya? Kalau sampai terjadi begitu, petinju itu tak punya kualitas anak domba. Yang punya kualitas anak domba takkan membalas atau menghentikannya (kecuali kebelet pipis). Sekali lagi, kekuatan atau kekuasaan orang akan menyinarkan kemuliaannya justru pada saat orang menggunakan kekuatan atau kekuasaannya itu untuk menyokong mereka yang tak punya kekuatan atau kekuasaan untuk menggapai kebenaran.
Lalu sampai kapan orang bisa berlagak seperti anak domba itu ya? Sampai kapan membiarkan diri dicakar, kena pentung, kena bacok ya? Barangkali sampai pada titik batas kehidupan orang. Artinya, dalam bahaya kematian, petinju profesional atau polisi tadi bisa menanggalkan kualitas anak dombanya. Cara menanggalkannya bisa ditempuh dengan dua jalan: (1) violence, yaitu dengan membalasnya dan (2) nonviolence. Jalan kedua meninggalkan kualitas anak domba karena ketambahan kualitas ilahi: anak domba Allah.
Tuhan, berilah kami kekuatan untuk menampakkan kelemahlembutan-Mu. Amin.
HARI MINGGU PEKAN BIASA II A/1
15 Januari 2017
Yes 49,3.5-6
1Kor 1,1-3
Yoh 1,29-34
Hari Minggu Pekan Biasa II C/2 2016: Pesta Nyuuuk…
Hari Minggu Pekan Biasa II B/1 2015: Dominus, Wo Bist Du?
Categories: Daily Reflection