Semoga Damai Menyertaimu

Ada orang yang tidak senang jika orang lain melakukan kebaikan dan punya pengaruh terhadap banyak orang. Ini bukan sekadar orang iri hati, melainkan orang punya kepentingan yang tak terakomodasi oleh pengaruh orang itu terhadap banyak orang. Kalau sudah begini, orang akan menghalalkan aneka cara supaya pengaruh kebaikan orang lain itu tidak semakin menggelembung. Kalau perlu, orangnya dibunuh sekalian. Alur seperti ini tidak mengada-ada. Sedang terjadi, sudah terjadi, mungkin akan terjadi juga, kalau tidak di sini ya di sono. Bukan cuma dalam gelombang perang, melainkan juga dalam masa kampanye gelombang kedua [aih maksa amat sih Rom].

Teks bacaan kedua hari ini ada dalam bab yang diawali dengan kisah mukjizat Yesus mengembalikan nyawa Lazarus setelah kematian definitifnya. Ini hal yang tak pernah terjadi dalam sejarah. Tak ada nabi yang mengembalikan nyawa orang yang sudah empat hari dikubur. Elia pernah melakukannya terhadap anak janda Sarfat, tetapi anak itu belum dikuburkan, alias nyawanya belum pergi jauh-jauh amat. Lazarus ini mungkin nyawanya sudah terlanjur sampai Terusan Suez [lha ya belon ada Mo], tapi toh kembali juga saat dipanggil Yesus.

Ini peristiwa heboh yang membuat banyak orang percaya kepada Yesus tetapi membuat dongkol para pemuka agama. Asem tenan, kalau ini dibiarkan, pastilah orang banyak tak lagi mendengarkan mereka dan seluruh keuntungan yang diperoleh dari umat Allah itu bakal turun drastis! Satu-satunya cara untuk menghentikan hal ini adalah dengan membunuh biang keroknya, yaitu Yesus sendiri, daripada nanti terjadi perpecahan horisontal dan bahkan vertikal!

Jika sosok Yesus itu dipersepsikan sebagai suatu kemanusiaan yang utuh, keputusan untuk menghabisinya adalah keputusan yang melawan kemanusiaan. Itu sudah langsung mengingatkan umat beriman bahwa perlawanan ini tak sejalan dengan cinta Allah. Bahkan jika dalam kitab kuno dikisahkan Allah menghabisi ras manusia dengan banjir dahsyat, di situ terselip maksud-Nya untuk memperbarui kemanusiaan: Nuh dan orang pilihan dibiarkan hidup supaya kemanusiaan yang baru bisa dikembangkan.

Dengan kata lain, Allah selalu membela kemanusiaan, tak pernah melawannya. Jika pandangan orang hanya berfokus pada Allah yang menghancurkan kemanusiaan, bisa jadi ia sedang menghidupi suatu agama artifisial (lha katanya memang agama itu bikinan manusia, ya berarti selalu artifisial dong). Maksudnya, agama itu cuma bangunan akal-akalan orang belaka, tak dilandasi inspirasi Roh mengenai Allah yang membela kemanusiaan. Agama (baca: pemeluknya) yang begini ini nih yang akrab dengan balas dendam, provokasi perpecahan, dan radikalisme yang merusak kemanusiaan.

Entah sampai kapan wilayah Timur Tengah jadi ajang perang kepentingan manusia-manusia busuk, tetapi ini adalah representasi ujung perang batin mereka yang hobi menghakimi orang dan berniat menghabisi kemanusiaan. Semoga para korban perang ini mengalami istirahat kekal dalam pelukan-Nya. Amin.


HARI SABTU PRAPASKA V
8 April 2017

Yeh 37,21-28
Yoh 11,45-56

Sabtu Prapaska V 2015: Musuh Bersama
Sabtu Prapaska V 2014: Divide et Impera, Hari Gini?