Jarang-jarang guru yang satu ini memuji para muridnya karena mereka lebih sering salah mengerti atau salah paham atau tak menangkap alias bebal terhadap apa yang diajarkan gurunya. Mereka baru saja pulang dari tugas keluar dan mereka bercerita bagaimana mereka berhasil menaklukkan iblis dalam nama Tuhan. Mereka ini bukan rasul pilihan sang guru, melainkan murid-murid si guru. Artinya, ini soal kemuridan, soal menjadi murid Tuhan, bukan soal menjadi rasul pilihan-Nya.
Apa yang dipuji sang guru ini? Kesuksesan para murid mengusir setan? Keberhasilan mereka menyembuhkan orang sakit? Ketrampilan mereka membuat mukjizat? Rupanya bukan. Dia secara khusus menyebut soal ‘melihat’. Kira-kira ya ‘melihat Allah’ (meskipun itu mesti dimengerti secara heuristik, eaaaa), sebagai kerinduan terdalam manusia. Di sinilah orang banyak salah paham, gagal fokus dalam beriman sehingga terjerembab dalam aneka kesuksesan duniawi.
Tuhan, mohon kejernihan hati supaya kami semakin mampu melihat Engkau juga dalam kesulitan hidup yang kami alami. Amin.
HARI SABTU BIASA XXVI A/1
Peringatan Wajib SP Maria Ratu Rosario
7 Oktober 2017
Sabtu Biasa XXVI C/2 2016: Wanted Sparring Partner
Sabtu Biasa XXVI B/1 2015: Ayo Daftar Ulang
Sabtu Biasa XXVI A/2 2014: Papa(ku) Miskin

6 responses to “Seeing God”
“Menaklukkan iblis dalam nama Tuhan” itu maksudnya bagaimanakah? ☺
LikeLike
Mas Firdauz, saya kira frase itu berarti suatu tindakan pengusiran setan (eksorsisme) dengan otorisasi nama Tuhan yang dibawa oleh para murid itu.
LikeLike
Ow, saya kira semua perbuatan untuk melawan godaan setan ☺
LikeLike
Kalau dari konteks bacaan lengkap memang bukan soal melawan godaan (meskipun dalam pengusiran setan bisa juga ada godaan)
LikeLike
halo romo yesuit yang baik
kalo boleh sya brtanya.. bagaimana kita dapat “melihat Tuhan”? dengan diskresi pembedaan roh(yg sbnarnya sya tdk bgitu faham tapi ingin mlakukannya) kita dpt “merasakan Tuhan”? matur nuwun bila bersedia mnerangkan
LikeLike
Halo om Harapan Permata Indah, mohon bersabar ya. Biasanya frase ‘melihat Tuhan’ itu sudah otomatis kita tangkap dengan kerangka pikir positif seperti melihat objek lain (meskipun kita tahu bahwa Tuhan tidak sama dengan benda lain). Doakan saya bisa menyinggung ulang buku Saat Tuhan Tiada di halaman-halaman blog ini (di bawah menu publikasi – Saat Tuhan Tiada).
LikeLike