Agama Tempe

Relatif tidak banyak orang beragama yang belajar statistik secara formal, tetapi saya curiga semua orang beragama (sekurang-kurangnya pernah) begitu concern dengan angka dan statistik. Senang kalau jumlah penganut agamanya bertambah dan sedih kalau jumlah penganut agamanya berkurang. 

Eaaa, Romo mah bisa komentar gitu karena berafiliasi dengan agama minoritas, kan? Coba kalau Romo warga negara yang mayoritasnya beragama Katolik, Romo pasti akan concern dengan statistik juga: sedih kalau jumlah penganut agamanya berkurang, sedih kalau yang datang misa cuma sekian ratus dari sekian ribu umat, prihatin kalau banyak umat murtad, dan sejenisnya. Iya gakNgaku aja! Bukankah tugas Romo untuk menjaga kawanan dombanya? Hahaha…

Entahlah, sewaktu saya ditahbiskan jadi imam, saya sama sekali tidak merasa dan berpikir bahwa tugas saya menjaga jumlah orang Katolik setidak-tidaknya supaya gak berkurang, bahkan ketika saya jelas-jelas bekerja di lingkungan Gereja Katolik. Perhatian saya terletak pada hal yang disodorkan bacaan hari ini: sedikit ragi tempe, tape, roti yang diam-diam bekerja dan akhirnya membuat tempe tape roti itu jadi; atau biji sesawi yang lebih kecil dari kutu (yang lebih besar darinya tentu saja) tapi sewaktu tumbuh jadi begitu besar dan bisa jadi tempat bersarang banyak burung.

Maka, saat saya jadi pengajar untuk murid-murid non-Katolik, saya tak pernah berpikir untuk membuat mereka jadi Katolik; sama sekali tidak pernah, bahkan ketika saya mengajar agama sekalipun! Perhatian saya tertuju pada bagaimana murid itu menemukan sesuatu dalam penghayatan agamanya yang diam-diam bekerja dan menumbuhkannya sebagai pribadi beriman.

Saya lebih peduli pada kekuatan minor tadi, yang menyelinap pada yang mayor dan memberi daya ubah, memungkinkan cara baru dalam berpikir, dalam memandang dunia. Karena itulah, saya tak peduli dengan angka dan statistik agama; jauhlah dari imajinasi saya bahwa seluruh warga dunia ini beragama satu, dan kalau memang trendnya begitu, saya memilih agama lain yang minor tetapi signifikan. Saya percaya, Allah lebih memandang hati daripada statistik. 

Begitulah, kerajaan Allah bukan pertama-tama soal angka dan statistik, melainkan soal kualitas nilai keilahian itu meresap dan menumbuhkan makhluk, sebagaimana ragi tempe tadi.

Tuhan, mohon rahmat supaya kami mampu menjadi alat mini-Mu untuk membangun kemanusiaan yang berkenan bagi-Mu. Amin.


SELASA BIASA XXX A/1
31 Oktober 2017

Rm 8,18-25
Luk 13,18-21

Selasa Biasa XXX C/2 2016: Tak Ada Selain Dirimu
Selasa Biasa XXX B/1 2015: Let It Go