Wacana tentang pesta perjamuan sudah tidak berlanjut lagi pada bacaan hari ini, dilanjutkan dalam pesta betulan di kota sebelah tempat saya tinggal (lah, di antaranya itu bukan kota po? Hahaha… itulah kota kelahiran bapak simbok saya). Ini pesta besar-besaran tetapi menurut saya ya sederhana saja, meskipun tentu ada pihak yang memerankan Siti Sirik dengan komentarnya di medsos. Asudahlah…
Mending dengarkan cuitan tetangga saya nun jauh di sana mengenai bacaan hari ini yang mungkin ada baiknya untuk kesehatan batin. Ini cuitan yang belum pernah saya dengar. Pokoknya ada pada ayat yang sering dipakai sebagai alasan untuk mereka yang merasa mendapat panggilan dari Tuhan sendiri (padahal semua orang ya pasti dipanggil Tuhan ya): kalau orang datang kepada-Ku tetapi tidak membenci bapak simbok, istri dan anak-anaknya, saudara-saudarinya bahkan nyawanya sendiri, ia tidak layak menjadi murid-Ku! Gile lu Ndro‘, orang katanya Tuhan itu Cinta kok malah mandatnya ‘benci’, begimana sih?
Lha ini yang belum pernah saya dengar, dan saya tak tahu ini bener ato enggak, sekurang-kurangnya ada gunanya deh. Katanya dalam bahasa Ibrani itu ada tata bahasa yang rada-rada aneh gitu. Untuk bilang bahwa seorang gadis itu cantik sekali, ungkapannya tidak selangsung itu, tetapi malah kebalikannya: gadis itu gak jelek! Hahaha… dan ini bukan soal ja’im-ja’iman, ini tata bahasa. Aneh, kan? Tapi katanya begitu.
Nah, struktur seperti itulah yang hendak dipakai untuk mengerti perintah yang dikutip dari bacaan hari ini dan rasa saya masuk akal juga: kalau Anda ditembak oleh pengagum Anda dan ternyata dia melakukan hal yang sama kepada orang lain, tentu saja Anda takkan percaya bahwa ia sungguh-sungguh mencintai Anda. Ungkapan verbal membenci yang lain (yang de facto justru adalah hal-hal yang dicintai) mengindikasikan bahwa cintanya terfokus pada subjek yang disasarnya. Maka, tentu teks berbunyi membenci bapak simbok dan lain-lain tadi tak bisa ditangkap letterleijk sebagai perintah untuk membenci bapak simbok, tetapi sebagai undangan untuk memberikan fokus kepada sosok yang hendak diikuti.
Kalau begitu, ilustrasi menghitung-hitung rencana supaya tidak besar pasak daripada tiang adalah pertama-tama soal mengarahkan diri pada sosok yang hendak diikuti itu dan sudah sejak dalam hitung menghitung, orang tahu dan mempersiapkan hal-hal apa yang mesti dikurbankan, bagaimana orang mesti mengencangkan ikat pinggang, dan sebagainya. Kalau tidak, alamat kandas deh.
Tuhan, mohon rahmat supaya kami mampu menginvestasikan hidup kami supaya semakin layak mengikuti Engkau dalam dunia yang tunggang langgang ini. Amin.
HARI RABU BIASA XXXI A/1
8 November 2017
Rabu Biasa XXXI B/1 2015: Agama Bebek
Rabu Biasa XXXI A/2 2014: Mengikuti Jejak Susi
Categories: Daily Reflection