Hidup Animasi?

Kalau pada masa pandemi ini ada orang yang nekat dari ibu kota pergi ke kampung tempat orang tuanya, dan mati di kampungnya karena pandemi, tapi jenazahnya dibawa dan dimakamkan di ibu kota, dan tiga hari kemudian meronta-ronta dan berhasil keluar dari kubur untuk mengambil sesuatu yang dia lupa sebagai bekal kematiannya, disebut apakah keajaiban ini?
Saya menyodorkan istilah teknis supaya pembaca dapat mengerti teks bacaan hari ini mengenai Lazarus yang keluar dari kubur: reanimasi. Kiranya Anda akrab dengan istilah film animasi, gambar-gambar yang menjadi begitu hidup seakan-akan berjiwa; dan anima memang berarti jiwa yang menghidupkan sesuatu. Reanimasi, dengan demikian, katakanlah berjiwa atau dijiwai kembali. Istilah ini kiranya berguna untuk memahami wacana tentang kebangkitan.

Dalam perbincangan singkat antara Guru dari Nazareth dan Marta jelas ditunjukkan keyakinan Marta akan kebangkitan badan di akhir zaman. Guru dari Nazareth menampik keyakinan Marta: Akulah kebangkitan. Tak usahlah pembaca menghubungkannya dengan kepercayaan mengenai kebangkitan Yesus. Kita pahami saja alur pembicaraan kedua orang ini. Yang satu mengatakan kebangkitan badan itu akan terjadi nanti di akhir zaman, tetapi yang lain bicara soal kebangkitan hati, yang jauh lebih relevan daripada wacana apakah nanti pada akhir zaman badan orang yang dikremasi itu akan bangkit dalam bentuk debu atau bagaimana. Ini adalah kebangkitan kekinian.

Sebagaimana tubuh biologis bisa mati, begitu juga hati orang bisa tamat. Memang wajarlah orang menyematkan istilah kematian kepada mereka yang tubuh biologisnya tak lagi berfungsi. Akan tetapi, bukankah juga sebetulnya ada banyak ‘kematian’ dalam hidup di bumi ini: komitmen yang tercerai berai, delusi, penyakit, kecelakaan, perkelahian? Begitu banyak kematian hati dan dari situ orang bisa bicara bukan lagi soal kebangkitan badan, melainkan kebangkitan hati, yang rupanya tidak ditangkap oleh Marta ketika berbicara dengan Guru dari Nazareth.

Sebagian besar orang mungkin seperti Marta, yang belum menangkap maksud Guru dari Nazareth. Saya ambil contoh yang kiranya populer dalam hidup orang beragama. Dalam situasi sulit, orang beragama berdoa supaya Allah intervensi sehingga hukum alam, yang menyentuh fungsi tubuh manusia juga, bisa direkayasa sedemikian rupa sehingga manusia terlepas dari bencana, tragedi, penderitaan. Ini ditampilkan Marta dengan gerutunya bahwa seandainya Guru dari Nazareth datang sebelum Lazarus sakit parah, tentu Lazarus masih bisa hidup, berusia lebih panjang! Itulah juga yang secara bawah sadar dimohon orang beragama: supaya panjang umur, awet muda, senantiasa dekat dengan harta atau properti yang membuat nyaman, dan seterusnya.

Guru dari Nazareth itu seperti hendak mengatakan: none of my business! Hukum alam ya biarlah terjadi, tetapi penting bagi manusia supaya rekayasanya bukanlah sekadar reanimasi, melainkan kebangkitan hati.
Tak ada jalan ke sana selain cinta, dan saya baru sadar bahwa dalam kisah ini disodorkan ‘keluarga’ yang unik. Tak ada suami-istri, superior-inferior, cuma perkumpulan saudara. Semua, di hadapan Allah, adalah persaudaraan mereka yang dicintai dan mencintai Allah. Kematian bukan pokok penting, tetapi justru perlu diatasi dengan merealisasikan suatu kebangkitan hati. Rupanya, cinta tak hanya memungkinkan reanimasi, tetapi juga kebangkitan hati. Jangan lupa menjaga distansi #loh.

Ya Allah, ajarilah kami bahasa cinta demi kemuliaan-Mu semata. Amin.


MINGGU PRAPASKA V A/2
29 Maret 2020

Yeh 37,12-14
Rm 8,8-11
Yoh 11,1-45

Posting 2017: Buat Apa Surga Neraka?
Posting 2014: Beriman atau Berjudi?