Meskipun setiap tahun merayakan Paska, tidak ada jaminan bahwa orang Kristen (Katolik juga) mengerti apa artinya kebangkitan selain daripada mukjizat orang mati yang hidup lagi. Orang macam begini cenderung akan ikut heboh bin kepo terhadap penelitian mengenai orang yang mati suri untuk membela ideologi surga-neraka, misalnya. Kalau dibandingkan dengan karakter dalam bacaan hari ini, orang macam begini adalah sosok Marta yang menyatakan kepercayaannya bahwa memang nanti di akhir zaman akan ada kebangkitan orang mati.
Andaikanlah Anda kelaparan setengah mati pada jam makan karena pihak penyedia makanan itu alpa lalu dia memberi bonus makanan minuman tambahan satu jam kemudian. Merasa senangkah Anda pada bonus makanan minuman itu? Saya kira tidak, karena bonus itu tidak mengobati kelaparan setengah mati sekarang ini dan barangkali setelah makan nanti pun bonus makanan itu tak tertampung perut. Pokoknya, janji bonus itu tak memecahkan persoalan yang dihadapi sekarang ini dan di sini. Itu semacam janji surgawi yang tak relevan untuk hidup duniawi ini. Kalau surga itu tak applicable untuk dunia ini, ngapain dipelihara?
Itulah gagal-pahamnya Marta terhadap yang dikatakan Yesus, sebagaimana gagal-pahamnya banyak orang Kristen/Katolik yang merayakan Paska: kebangkitan itu ntar setelah kiamat!
Sepertinya ada unsur kesengajaan Yesus untuk menunda kedatangannya ke Betania sehingga Lazarus benar-benar secara definitif mati. Hal yang disesali oleh Maria dan Marta dan orang-orang lain yang mencintai Lazarus, dan tentu saja bisa dipahami dari perspektif pengalaman kita sendiri ketika ‘kehilangan’ anggota keluarga yang kita cintai: sedih, sakit, luka, menderita, dan sejenisnya. Seharusnya Tuhan datang lebih cepat supaya anakku tidak mati, ayahku sembuh, dan sebagainya.
Yesus mau mengatakan bahwa kebangkitan yang diwartakannya bukan kembalinya jiwa Lazarus ke dunia ini, bukan kembalinya orang yang mati suri, dan sejenisnya. Ini kebangkitan yang sebelum kematian Yesus tak ada presedennya; sudah dijelaskan dalam posting Don’t Worry, Be Happy Easter: poinnya ialah bahwa orang masuk dalam dunia baru, dunia persekutuan dengan Allah. Dunia macam ini tak menjanjikan reanimasi seperti yang dialami Lazarus. Dunia macam ini menjanjikan kebahagiaan abadi yang mengatasi kematian. Artinya, kematian biologis takkan menghentikan kebahagiaan itu.
Bagaimana itu mungkin?
Ada baiknya memaknai arsitektur bangunan gereja di Betania tempat Yesus dulu membangunkan Lazarus ini. Saya belum pernah ke sana [gak berminat juga sih], tetapi ini kata tetangga saya. Bangunan itu punya kubah besar yang di tengahnya terbuka seperti Pantheon di Roma. Tak ada sumber cahaya untuk gedung itu selain cahaya dari kubah yang terbuka itu. Artinya, orang beriman mesti membuka diri pada cahaya itu juga dalam pengalaman-pengalaman gelapnya, sebagaimana Lazarus bisa kembali karena batu penutup makam itu diangkat, digeser, dibongkar. Itulah juga pertobatan: membiarkan terang Allah masuk juga melalui orang lain, ora nggugu karêpé dhéwé.
Ya Allah, mohon rahmat supaya mampu membongkar batu yang membebani hidup kami sehingga terhimpit oleh ambisi pribadi yang menjauhkan kami dari-Mu. Amin.
MINGGU PRAPASKA V A/1
2 April 2017
Yeh 37,12-14
Rm 8,8-11
Yoh 11,1-45
Minggu Prapaska V C/2 2016: Isih Kepenak Jambanku Toh?
Minggu Prapaska V B/1 2015: Sepi dalam Ramai
Minggu Prapaska V A/2 2014: Beriman atau Berjudi?
Categories: Daily Reflection