Khotbah yang terkait dengan isu aktual senantiasa lebih menarik perhatian umat daripada khotbah yang bernuansa teologi. Sementara khotbah yang berisi nasihat-nasihat moral diterima lebih mudah dan jelas bagi umat (meskipun belum tentu juga dilaksanakan) daripada penjelasan misteri Kristus. Akan tetapi, jika Malam Paska diisi dengan aneka pembahasan isu yang up to date atau apalagi pesan sponsor panitia, rasa-rasanya Malam Paska itu jadi hampa. Tentu saja isu aktual itu penting dan pastinya panitia atau siapapun pemberi sponsor itu menginginkan kebaikan. Meskipun begitu, mesti diakui bahwa ulasan sosial politik yang sangat penting itu cuma jadi argumentasi intelektual jika tidak diterangi oleh misteri kebangkitan sendiri.
Harapan kristiani merupakan kebangkitan dari kematian. Identitas kristiani bergantung pada kepercayaannya kepada Kristus yang bangkit, mengatasi kematian. Maka dari itu, yang membedakan orang kristen dari yang lainnya bukanlah perilaku heroik moralitasnya. Sudah kita pahami bahwa moralitas tak bergantung mutlak pada agama mana pun. Tindakan cinta bisa dibuat oleh siapa pun, bahkan oleh mereka yang tak punya kepercayaan kepada Tuhan, dan karena itu orang beragama tak perlu heran apalagi iri hati bahwa orang ateis pun berbuat baik! Kenapa? Ya justru karena kita percaya bahwa Roh Kudus sanggup bekerja lintas batas.
Bisnis orang Kristen atau Katolik sebetulnya hanyalah menyatakan kepada dunia bahwa Kristus telah mengalahkan kematian (tentu tidak dengan cara seperti orang gila berteriak-teriak di alun-alun: Kristus sudah bangkit! Njaluk dibalang sendal po?). Lha emangnya kematian berantem sama siapa?! Kematian bertentangan dengan kecenderungan populer orang untuk mencari apa yang disebut immortality. Indikasinya jelas: orang cenderung ingin survive, tak mau sakit, tak ingin jadi tua, kalau bisa awet muda seawet-awetnya kalau perlu tiap hari mandi dengan bahan pengawet! Nah, ternyata Kristus tidak habis dengan kematiannya. Ia melampaui dunia kematian.
Dalam tradisi kuno memang dimengerti bahwa ada dua dunia: (1) dunia hidup sekarang ini dan (2) syeol tempat orang mati berkumpul dengan segala belatung dan hewan mengerikan yang tak seorang pun pergi ke sana bisa ke tempat lain. Ini pandangan umum sebelum orang mengerti bahwa dunia ini bulat. Pandangan itu tecermin juga dalam konstruksi makam orang-orang Yahudi dulu: makam yang berbentuk seperti gua dengan pintu penutupnya berupa batu bundar yang amat berat. Pintu itu membatasi kompleks dunia orang mati dan dunia orang hidup.
Nah, fakta makam kosong dan perjumpaan para pengikut Yesus dengan seorang yang menyarankan mereka supaya tidak takut karena Yesus sudah tak ada di situ lagi, merangsang ingatan mereka akan kata-kata yang berulang kali disampaikan Yesus semasa hidupnya: bawa ia akan mati dan bangkit pada hari ketiga. Makam kosong jelas bukan bukti kebangkitan, tetapi kesadaran para murid itu meningkat setelah mereka sendiri mengalami aneka penampakan. Mereka percaya pada dunia ketiga: dunia persekutuan dengan Allah sendiri.
Gambar ini adalah sebuah fresco (bacanya fresko aja ya) pada salah satu Gereja di Istanbul. Sosok di tengah adalah Kristus yang dilingkupi oleh suatu mandorla. Di atas mandorla itu warna gelap, menyiratkan bahwa misteri Allah tetap tak terungkap secara penuh. Kristus berada di atas dunia orang mati dan menarik tangan Adam (kiri) dan Hawa (kanan). Di belakang Adam itu ada Yohanes Pembaptis yang menunjukkan Yesus sebagai anak domba Allah seolah kepada raja-raja Perjanjian Lama: Raja Daud, Salomo, Hizkia, Yosia. Di belakang Hawa yang berbaju merah itu ada para gembala, Nabi Musa dan nabi-nabi lainnya.
Adam dan Hawa (dan lain-lainnya) ditarik bukan ke dunia sini, melainkan pada dunia ketiga tadi: dunia persekutuan dengan Allah sendiri. Ya mau apa lagi. Immortalitas tidak bisa kita capai tanpa melalui kematian, tetapi orang tak perlu takut pada kematian justru karena itu adalah tahapan yang diperlukan untuk masuk dalam dunia kekal. Lagipula, itu hanyalah kematian fisik yang memang terkena hukum fisik; tak perlu memaksa-maksa Allah supaya mendapat pengecualian, kecuali kalau Allah itu memang pribadi narsis yang senantiasa minta dibombong.
Oleh karena itu, pun kalau saat ini orang sedang dalam bahaya maut, kesusahan hidup, penderitaan sakit terminal, dan sebagainya, ia tetap bisa bahagia karena seluruh kesusahan hidupnya itu mendapatkan makna dari peristiwa kebangkitan Paska ini. Peristiwa yang tak bisa dikuantifikasi dengan pendekatan sains, tetapi hanya bisa dipahami dengan iman. Tak mengherankan, perempuan-perempuan yang mendapati makam kosong itu diliputi ‘ketakutan’; gak ngerti juga bagaimana bisa menyampaikan pesan kepada murid yang lain, yang pasti meminta bukti! Selamat Paska!
MALAM PASKA B/1 (Vigili)
4 April 2015
Kej 1,1.26-31a
Kej 22,1-18
Kel 14,15-15,1
Yes 54,5-14
Yes 55,1-11
Bar 3,9-15.32-4,4
Yeh 36,16-17a.18-28
Rm 6,3-11
Mrk 16,1-8
Posting Tahun Lalu: Mau Bukti Kebangkitan Kristus?
Categories: Daily Reflection
1 reply ›