Happy Heroes

Latar waktu kisah teks bacaan hari ini adalah Minggu, 9 April 30, yaitu 1990 tahun lalu. Saya tidak hendak mempertahankan kisah kebangkitan yang nonsense, yang mungkin saja dipegang oleh banyak umat Kristiani. Alasan saya sederhana. Itu bukan peristiwa yang bisa diverifikasi dengan uji karbon dan saya yakin bahwa penulis Injil tak pernah memaksudkan tulisan mereka sebagai rekaman peristiwa kebangkitan. Pun kalau mereka punya aplikasi toktik, mereka takkan punya kesempatan untuk mengabadikan peristiwa itu.

Saya mulai dengan bagaimana para seniman dulu menggambarkan momen Yesus yang keluar dari kubur dengan membawa tongkat salib. Memang maksudnya hendak mengatakan bahwa Yesus mengalahkan kematian, tetapi imaji lain juga hadir di situ: seakan-akan dia keluar dari kubur setelah batu penutup makamnya terbuka. Tak satu pun penulis Injil yang mengatakan bahwa Yesus keluar dari kubur. Ada narasi bahwa mayatnya dicuri, tetapi anehnya tak ada yang membuktikan di mana mayat curian itu disembunyikan. Cover up stories cuma bikin debat kusir tanpa belajar apa-apa.

Penulis Injil Matius memakai ungkapan-ungkapan biblis sebagaimana dalam tulisan-tulisan Kitab Suci Yahudi terdahulu. Gempa bumi barangkali tak harus diterima sebagai penjelasan BMKG mengenai suara dentuman yang menggetarkan bumi, tetapi jelas bagi orang Yahudi bahwa intervensi Allah begitu mengge(n)tarkan. Dalam Kitab Keluaran misalnya digambarkan bagaimana gunung bergemuruh hebat ketika Allah mendatangi Musa di Sinai. Nah, sebetulnya penulis Injil Matius ini ‘cuma’ mau mengatakan bahwa kematian Yesus ini berbeda sama sekali dengan kematian nabi-nabi atau bapa bangsa sebelumnya. Mereka semua mati ya mati aja, gada apa-apa. Semua terpenjara dalam dunia yang mereka pahami sebagai syeol alias dunia orang mati. Yesus tidak begitu. Ada intervensi Allah, yang dalam kisah dinarasikan sebagai malaikat Tuhan.

Yang dibuat malaikat itu ialah membuka batu penutup kubur, tetapi itu dimaksudkan sebagai gambaran bahwa Allah berkuasa atas keterkungkungan orang kepada kematian, bahkan meskipun kungkungan itu dimeteraikan dengan segel politik kekuasaan. Tutup makam ini juga simbol orang yang memahami kematian sebagai akhir kehidupan, tertutup sudah, tak ada sesuatu di balik syeol tadi. Wajah malaikat bagaikan kilat menunjukkan kekuatan ilahi yang dahsyat yang sebetulnya tak terlukiskan oleh indra. Pakaian putihnya menjadi kontras dengan gelapnya makam.

Dari situ saya bisa mengerti bahwa dari perspektif tertentu, Yesus memang tidak mati, tetapi dimensi hidupnya berganti. Maksudnya?
Orang mati itu seakan datang dari terang di dunia ini menuju makam yang gelap, tetapi gambaran malaikat berwajah kilat dan berpakaian putih seperti salju itu justru menunjukkan terangnya yang mengalahkan kegelapan makam. Yang mati justru adalah para penjaga, representasi kekuatan politik dan agama, yang ingin memastikan supaya kubur itu tetap tertutup, supaya hidup orang berhenti di syeol dan tidak keluar lagi seperti Lazarus nongol dari makam. 

Melompat pada bagian akhir, pesannya relevan: orang tak perlu takut pada kematian, yang akan terjadi entah karena Covid-19 atau hal lain, bukan karena menyangkal eksistensi Allah, melainkan karena dimensi hidupnya akan berganti, lebih utuh. Meskipun demikian, sebelum dimensi hidup itu berganti, orang bisa mencicipi dimensi baru itu juga dalam kebertubuhannya. Dalam perspektif agama ya berarti menjadi ‘pahlawan’ yang membuat ajaran agamanya klop dengan kemanusiaan yang senantiasa punya keterarahan pada Yang Transenden, pada Yang Ilahi. Dalam diri orang beriman seperti ini, apa pun agama dan ritualnya, terjadi kebangkitan. Selamat Paska!


MALAM PASKA A/2 (Vigili)
11 April 2020

Kej 1,1.26-31a
Kej 22,1-18
Kel 14,15-15,1
Yes 54,5-14
Yes 55,1-11
Bar 3,9-15.32-4,4
Yeh 36,16-17a.18-28

Rm 6,3-11
Mat 28,1-10

Posting 2017: Transformed Women 
Posting 2014: Mau Bukti Kebangkitan Kristus
 
*