Delapan Alternatif Bahagia

Semalam kami menonton film 1984 berjudul The Eight Diagram Pole Fighter sebelum saya tahu bahwa teks bacaan hari ini adalah delapan sabda bahagia. Ha njuk kenapa ya wong gada hubungannya antara delapan sabda bahagia dan the eight diagram selain angka delapan? Dalam hal ini saya embuh saja karena saya toh tidak menguasai baik delapan sabda bahagia maupun filsafat timur. Sabda bahagia merujuk Kerajaan Surga, sementara the eight diagram, yang berakar pada filsafat Yin Yang, juga sebetulnya menjabarkan Kerajaan Surga, malah lebih njelimet. Nih kalau mau lihat njelimetnya:

Itu adalah diagram kosmologi daoisme (bacanya taoisme ya?) mengenai bagaimana Surga itu bisa digambarkan dengan aneka macam elemen dan karakter yang ada di semesta ini. Yang sebelah kiri adalah Fu Xi earlier heaven sedangkan sebelahnya adalah later heaven. Diagram ini yang dipakai putra kelima Jendral Yeung Yip untuk mengembangkan kungfunya yang khas. Kalau tertarik mempelajari diagramnya silakan pergi ke tautan Wikipedia ini, misalnya. Kalau mau mempelajari kung fu the eight diagram polenya ya silakan menyusul putra kelima Jendral Yeung Yip tadi.  Saya percaya sajalah sama Dilan.

Saya cuma mau mengatakan bahwa setiap kultur punya cara untuk menangkap Kerajaan Allah itu dan perbedaan cara itu bisa saja mengalami konvergensi atau klop dengan cara dari kultur lain jika sungguh-sungguh didalami sampai ke pokok terdalamnya. Tentu, ada juga yang tidak klop. Dalam hal itu, orang tinggal diminta menaruh respek, tanpa menghakimi dengan tolok ukur yang dibikin sendiri.

Delapan sabda bahagia yang mengawali rangkaian khotbah di bukit yang disampaikan Guru dari Nazareth ini kiranya juga menyodorkan delapan kategori orang yang dapat masuk dalam komunitas Kerajaan Allah tadi. Jangan buru-buru menyimpulkan ini soal masuk surga kelak setelah kiamat ya. Ini perkara orang mengalami Kerajaan Allah, bukan perkara doktrin agama.
Lha ya Kerajaan Allah itu kan doktrin agama, toh, Rom?
Bukan, bukan agama dalam arti sekarang yang dimengerti kebanyakan orang. Guru dari Nazareth tak pernah mengajarkan soal agama baru. Dia lahir sebagai orang Yahudi dan mati juga sebagai orang Yahudi, dan tak pernah mengajar agama juga. Ia mengajarkan dan merepresentasikan suatu jalan menuju Kerajaan Allah tadi.

Kalau orang menghidupi sekurang-kurangnya satu dari delapan kategori ini, niscaya ia bisa mencecapi Kerajaan Allah itu. Tinggal pilih saja mau kategori yang mana paling mungkin dihidupi dalam konteks hidupnya. Entah kategori mana yang dipilih, semuanya berhulu pada passion yang connect dengan Allah yang bersemayam dalam hati orang. Bahasanya tinggi ya?
Mari lihat tukang parkir sekolahan yang dulu sempat viral. Siapa yang tak bosan delapan jam kerjaannya menunggui motor yang tidak pergi ke mana-mana sebelum sekolah usai? Ia tidak melarikan diri dari kebosanan itu dengan main game (mungkin karena tidak bisa juga sih). Yang menarik ialah, muncul ide dalam dirinya untuk menata motor-motor yang diparkir itu sesuai dengan warnanya!

Ia tidak mengubah status pekerjaannya atau mengutuki pekerjaannya, tetapi ia menciptakan suasana baru yang rupanya menarik perhatian dan mendapat apresiasi. Saya kira, apresiasi dari orang lain hanyalah sekunder. Yang membuatnya happy ialah bahwa ia connect dengan dirinya dan mengambil inisiatif untuk menata lingkungan. Itu mengapa dikatakan happiness is an inside job. Pada momen seperti itu, kebahagiaannya tak bisa dibeli dengan apa pun.

Tuhan, mohon rahmat supaya hidup kami tak disetir oleh tendensi dunia material. Amin.


SENIN BIASA X A/2
8 Juni 2020

1Raj 17,1-6
Mat 5,1-12

Senin Biasa X C/2 2016: Bahagia Kok Bersyarat
Senin Biasa X A/2 2014: Ciri Orang Terberkati