Risiko Iman

Ini laporan nonton film lagi. Semalam kami menonton Jack Reacher yang diadopsi dari novel One Shot karya Lee Child. Dua hal yang menarik saya dari upaya Reacher membantu Helen Rodin sebagai pembela James Barr, tersangka kasus penembakan lima korban yang tampaknya tak saling terhubung, yang tak lagi bisa memberi keterangan karena keadaannya koma. Pertama, ia meminta Helen menginvestigasi keluarga para korban. Kedua, ia mempersoalkan parking meter yang memuat sidik jari James Barr. Dua-duanya out of the box.

Dalam keadaan yang sangat meyakinkan bahwa James Barr adalah pelaku penembakan (selongsong peluru, mobil, sidik jari pada koin parkir), Helen justru seakan mengatakan kepada keluarga korban bahwa James Barr bukan pelakunya. Pada saat semua bukti mengarah kepada James Barr, Reacher malah tertarik untuk melihat keanehan mengapa bukti-bukti bisa seakurat itu, dan sampailah ia pada pertanyaan mengapa untuk melakukan penembakan dari tempat parkir James Barr mesti membayar parkir? Bagi Reacher ini adalah tindakan bodoh: melanggar hukum yang lebih dasariah saja berani kok malah urusan aturan receh ditaati!

Memang, sebagai sesama penembak jitu, Reacher juga mendapati kejanggalan lain. Ia yakin bahwa jika James Barr mau melakukan penembakan, ia akan melakukannya dari jembatan: bisa menembak dari dalam mobil tanpa meninggalkan jejak dan posisi tembaknya jauh lebih menguntungkan. Kecurigaan Reacher kemudian terbukti. Ia semula tak tertarik, lalu ikut menyelidiki kasus ini. Terjadilah konspirasi yang rupanya punya target menjauhkan Reacher dari kasus ini dan justru karena itu Reacher terus melakukan investigasi.

Di mana kaitannya dengan teks bacaan hari ini?
If you keep all your flavor in the face of corruption, and if then people will say bad about you, rejoice because this is the effect that makes salt, that bites and stings the sores. If, on the other hand, the fear of slanders will make you lose the strength that is indispensable to you, then you will be covered by the insults and contempt of all: this means “trampled by men”. Begitu kira-kira ungkapan Yohanes Krisostomus.

Jika kemarin disodorkan kategori Sabda Bahagia sebagai pegangan menjadi murid Guru dari Nazareth, hari ini disajikan identitas murid sebagai terang dan garam. Terang dan garam direpresentasikan oleh Jack Reacher; bukan karena dia menghajar orang-orang suruhan Zec, melainkan karena dia melawan apa yang taken for granted, mempersoalkan kebenaran yang sudah diandaikan begitu saja dengan bukti-bukti material. Reacher menunjukkan bahwa di balik kejadian yang rapi itu ada ‘roh’ tertentu, dan pembedaan roh tidak sesederhana menentukan partai Allah atau partai setan.

Jalan untuk mengurai persoalan justru terletak pada kesediaan untuk merangkul korban, pihak lemah yang tak bisa menyuarakan dirinya sendiri, baik keluarga korban maupun James Barr. Ini tentu bukan jalan yang disukai mereka yang punya suara lebih keras, yang punya kekuasaan korup, yang arus konspirasinya menguntungkan dirinya sendiri. Identitas umat beriman, dengan demikian, tidak terletak pada kekuasaan, tetapi pada keleluasaannya untuk memberdayakan mereka yang lemah, bukan justru memperdaya. Begitulah garam dan terang dunia; ia mengambil risiko diserang aneka konspirasi yang menginjak-injak kemanusiaan. Maka, kalau hidup orang beriman tak punya risiko serangan macam itu, ia perlu mawas diri jangan-jangan keasinannya luntur dan terangnya meredup.

Tuhan, mohon rahmat supaya hidup kami berdampak untuk kebaikan semakin banyak orang. Amin.


SELASA BIASA X A/2
9 Juni 2020

1Raj 17,7-16
Mat 5,13-16

Selasa Biasa X B/2 2018: Passport to Heaven
Selasa Biasa X C/2 2016: Hidup Kebangeten

Selasa Biasa X A/2 2014: Jangan Jadi Garam Dunia!