Lihay

Tampaknya dibutuhkan juga kelihaian untuk beriman: kelihaian untuk memanfaatkan yang fana demi yang baka. Sekurang-kurangnya begitulah yang saya pelajari dari teks bacaan hari ini dengan mempertimbangkan beberapa reaksi spontan orang terhadap insight rohani yang kerap dianggap imposěběl. Misalnya, kemarin saya singgung soal detachment sebagai salah satu wujud kemerdekaan orang terhadap ikatan yang lebay nan semu. Reaksinya bisa berupa begini,”Bagaimana mungkin saya bisa bilang bahwa saya bisa hidup tanpa suami saya, Rom? Dia benar-benar tulang punggung keluarga! Tanpa dia, hancurlah keluarga kami.”

Mungkin hidup Anda sedemikian mulusnya dan tak pernah mengalami putus cinta sampai akhir hayat. Fine! Puji Tuhan, alhamdulillah. Tapi, coba dilihat lagi: apakah yang membuat cinta tak pernah putus itu komitmen Anda berdua atau attachment Anda? Lalu, ini yang parah, apakah Anda menghayati semangat pengorbanan sati dalam hidup Anda? Itu loh, tradisi yang memberi pilihan kepada istri untuk ikut dibakar bersama jenazah suaminya yang meninggal. Jika tidak, bukankah itu sudah cukup mengatakan bahwa keyakinan “Aku tak bisa hidup tanpamu” tak terbukti?
Iya, Rom, tapi kan maksudnya kualitas hidupnya merosot; si istri bisa gila, depresi, tak bisa apa-apa. Hidupnya tak normal lagi.
Nah, saya tak tahu bagaimana Anda menetapkan normal tidaknya seseorang. Akan tetapi, stres dan sebagainya itu adanya dalam diri si istri itu, bukan? Artinya, itu dinamika internalnya. Ada tidaknya problem bergantung pada bagaimana dia menata dirinya. 
Justru dalam rangka penataan diri itulah saya sodorkan gagasan Anthony de Mello itu: drop your false beliefs.

Kalau Anda pernah jatuh cinta dan putus cinta, lebih gampang lagi ulasannya: itu bukti kokoh bahwa tanpa orang yang Anda jatuhi cinta itu, Anda bisa hidup. Alhasil, gombal yang dulu Anda sampaikan padanya “Aku gak bisa hidup tanpa kamu” itu adalah amoh alias omong kosong. Iya, kan? Ngaku aja deh!🤣 [Soalnya saya pernah mengalami, dan menurut saya, itu normal sebagai dinamika hidup orang yang memang punya dimensi eros dalam cintanya.]

Teks bacaan hari ini tidak dimaksudkan sebagai endorsement supaya orang beriman jadi culas atau tidak jujur, tetapi supaya orang tahu memanfaatkan kesempatan gentingnya untuk jaminan hidup yang sifatnya lebih langgeng. Lagi, orang bisa saja menangkapnya sebagai kelihaian bendahara memanfaatkan perkara duit untuk menjalin pertemanan. Akan tetapi, kalau begitu, orang bisa terpeleset lagi menangkap maknanya: memakai sesuatu yang fana demi kefanaan lainnya.

Saya pernah kutipkan di buku sebuah cerita pemuda kaya yang royal dan banyaklah temannya. Akan tetapi, ketika akibat sifat royalnya itu dia jatuh miskin, teman-temannya mulai menjauh dan tak tersisa satu pun. Pemuda malang ini mendatangi Nasruddin, peramal, untuk konsultasi, dan Nasruddin menjawab santai,”Tenang, dalam waktu seminggu ke depan, kamu akan jauh lebih bahagia daripada sebelumnya.”
Pemuda itu melonjak kegirangan,”Jadi, aku akan lebih kaya lagi?”
Jawab Nasruddin,”Oh bukan gitu, kamu akan terbiasa hidup miskin dan tak punya teman!”🤭

Kadang bisa jadi orang perlu jatuh dalam kondisi keterpurukan hanya untuk belajar memanfaatkan yang fana demi menggapai yang baka. Ini masih mending sih, daripada belajarnya nanti kalau sudah beralih ke dunia sono.😂
Tuhan, ajarilah kami supaya lihai memakai ciptaan-Mu sejauh jadi kemuliaan-Mu dan mengikhlaskannya sejauh semata berujung pada vanity.
Amin.


JUMAT BIASA XXXI A/2
6 November 2020

Flp 3,17-4,1
Luk 16,1-8

Jumat Biasa XXXI C/2 2016: Cerdas dan Humanis
Jumat Biasa XXXI A/2 2014: DPR: DaPurMu… 

3 replies

  1. 😌 Rm terjebak pd 3 kategori cinta, eros philia agape🤭mari berbic ttg cinta yg lain, cinta yg lbh intelektual. Cinta konon adh obat luka kodrat mns. Cinta bkn solusi masalah hdp, tp membuatnya lbh tertahankan, dn keseluruhan proses lbh menyenangkan🤣. Dlm cinta (bukan objek cinta) seolah prisma yg mengambil cahaya kehidupan dn mengubahnya menjd pelangi, suatu keindahan (bukan kesenangan atau penampakan keindahan). Cinta sejati tentu perlu kerja keras, perhatian, dn pegorbanan, termsk komitmen yg Rm sebut. Benar kt tdk bs menggantungkn kebahagiaan pd org lain, tp kl kehilangan (bkn gombal) bs jd kt menjd pribadi yg tdk sama, pribadi yg berbeda dari Rm yg dulu, misalnya, yg blm terluka krn cinta🤣, shg Rm hrs belajar hdp dg bagian luka itu dn berubah menjd suka bikin brrrr….🥶🤭 Hidup yg brgkl menjd tdk sama. Tp rm jgn bersedih, dg pernah merasakan dn mencintai cinta, itu bekal Rm menjd filsuf 🤣🤣🤣 #ngakakgakhabis2# soale konon cinta bagian kebijaksanaan, menjdkn kt lbh sederhana, lbh adil, dg pengetahuan yg lbh mutlak (ttg cinta itu). Sdg merasa tdk aman itu sgt normal, semua merasakannya, hanya perlu menyeimbangkan keinginan dn kebutuhan, itu saja. Terkait bac Injil🤣, sbg manager yg diberi talenta, maka si Pemberi Talenta tentu menghendaki manager yg akuntabel. Termasuk dlm hal menggombal cinta. Jd boleh menggombal, tp akuntable. Kl gak, mending ke laut aje😂 Cinta sejati tdk dpt direduksi suatu keadaan aksiomatik atau terbukti dg sendirinya, tentu perlu bahasa dn emosi (krn bs jd si doi tdk memiliki kapasitas intelektual yg tepat utk memahami) 🤣dn cinta melahirkan tindak ksatria (bkn tindak sensual), the love of truth, and the Truth of Love. Carpe diem😂#terpaksa panjang#

    Like

    • Menurut saya, dalam memandang kenyataan itu memang orang butuh lensa. Dimensi cinta yang saya pakai sebagai lensa hanyalah pemampatan dari sekian perspektif (bukan cuma tiga) untuk mengatakan bahwa cinta itu tidak monolitik. Kalau Kak Indi bilang lensa yang saya pakai itu kurang intelektual, ya boleh saja. Menurut saya, dimensi agape justru memperkaya dimensi lain dengan rasionalitasnya sendiri, tanpa mengabaikan dimensi2 lainnya.

      Like

      • Waduh, Rm jgn sensi dong, peace🤗 Sy kan belajarnya dr Rm, menggali intelektualitas jg dr Rm, dg sesekali nyeletuk🤣 wacananya jg dari hasil mengail di sini🤭 iya Rm benar, dimensi agape itu keren, 😍kasih itu sabar, kasih itu murah hati, ia jg tdk sensi eh pemarah dn tdk menyimpan kesalahan org lain, pengetahuan akn lenyap, sb pengetahuan kt tdk lengkap,..demikianlah tinggal ketiga hal ini, iman, pengharapan dn kasih, dn yg plg besar di antaranya ialah kasih, terima kasih ya Rm😁

        Like