Obat Tobat

Dini hari tadi saya shock setengah mati karena tas saya tertukar dengan tas orang lain di bandara. Saya belum sempat mengeluarkan paspor dan dompet saya. Urusan bakal panjang ini, di negeri asing pula! Saya segera lapor pada petugas bandara. Syukurlah, petugasnya cantik.😂 Akan tetapi, yang membuat saya bersyukur bukanlah paras cantiknya, melainkan compassion yang tersirat dari raut mukanya. Saya mencoba menjelaskan kejadiannya. Ia tidak menyalahkan kecerobohan saya, tetapi memberi isyarat supaya saya diam, tak usah banyak cingcong, dan tenang saja karena dia paham apa yang saya alami. Setelah berjumpa dengan wajah berbelas kasih itu saya lega dan bangun tidur dengan perasaan gembira.🤭

Anda juga akan gembira jika berjumpa dengan wajah yang compassionate. Akan tetapi, wajah compassionate ini tak selalu seperti petugas bandara yang saya jumpai dalam mimpi tadi malam. Anda bayangkanlah seperti apa sosok Yohanes Pembaptis! Dia tak mencari kenyamanannya sendiri. Gaya hidupnya sangat asketis; menunda kepuasan bukan hal sulit baginya. Makanannya tetumbuhan, minumannya (kok) dibilang madu hutan. Tak mungkin ia mabuk-mabukan. Dia berseru-seru di padang gurun supaya orang-orang yang jengah dengan hiruk pikuk hidup politis di kota mengerti kebijaksanaan hidup. Yohanes mendedikasikan hidupnya sebagai lonceng supaya orang lain dapat mengalami kebahagiaan yang sesungguhnya: bertobat. 

Sosok Yohanes Pembaptis zaman now barangkali juga direpresentasikan oleh para tenaga kesehatan yang punya compassion untuk berseru-seru supaya orang jangan sampai berobat. Akan tetapi, perkara seruannya didengarkan orang banyak atau tidak, God knows. Saya sih setuju, daripada berobat, mendingan bertobat. Sebagian orang baru bertobat setelah berobat. Ya gak papa ya Dok, memang manusia itu suka begitu. Seruan tobat tak menarik orang karena menuntutnya untuk membuka hati.

Repotnya, hati hanya bisa dibuka lewat keheningan padang gurun tempat Yohanes Pembaptis tadi berseru-seru. Kalau orang tak memberi ruang dan waktu untuk keheningan itu, hati terjejali aneka macam tipu muslihat. Tipu muslihat ini bisa menyerang siapa pun, entah dari partai gurem sampai partai tidak gurem, dari agama lokal sampai agama interlokal, dan seterusnya.
Saya bisa mengerti bahwa orang (pos)modern cenderung abai terhadap ruang-waktu hening ini karena dianggap tak produktif.

Akan tetapi, jika orang memiliki keheningan batin, sesungguhnya dia tetap saja punya kesibukan eksterior yang diemban. Hanya saja, kesibukan eksterior itu mendapatkan energinya justru dari keheningan batinnya. Jadi ingat petugas bandara tadi: diam dan tenanglah, kekhawatiran tak menyelesaikan apa-apa, malah bikin ribet orang untuk menghadapi perkara baik-baik.

Tuhan, mohon rahmat keheningan batin supaya energi kami untuk mencintai-Mu semakin kuat. Amin. 


MINGGU ADVEN II B/1
6 Desember 2020

Yes 40,1-5.9-11
2Ptr 3,8-14
Mrk 1,1-8

Posting 2017: Bukan Sekadar Gosip
Posting 2014: Ngapain Jadi Pertapa?