Anda jago dong dalam trik ujian berbentuk pilihan ganda: tak tahu jawaban yang benar, tetapi bisa menemukan kunci jawabannya dengan modal tahu mana pilihan yang salah. Begitu, kan? Teks bacaan hari ini menjelaskan identitas Yohanes Pembaptis dengan model négasi: bukan terang, bukan Mesias, bukan Elia, bukan nabi yang akan datang! Jawaban itu muncul karena gosip beredar bahwa Yohanes ini Elia, Mesias, dan seterusnya. Ia menyangkalnya, karena jika tidak, ia menghidupi identitas semu, dan identitas semu menghancurkan pribadi orang dari dalam. Akan tetapi, njuk siapa dong Yohanes ini?
Ini pertanyaan penting yang berlaku bukan hanya bagi Yohanes Pembaptis, melainkan juga bagi Anda dan saya: apa kata Anda sendiri [bukan status, jabatan, kata orang] mengenai siapakah Anda, apa yang sedang Anda lakukan di hadirat Allah yang empunya hidup ini?
Menariknya, meskipun Yohanes memberi jawaban afirmatif, yang dikatakannya adalah alusi. Ia bagaikan [bukan adalah] suara yang berseru-seru di padang gurun. Alusi ini penting untuk dipelajari.
Suara seyogyanya mengabdi kata atau Sabda. Kalau tidak, cuma jadi noise. Saya pernah cerita: pada saat diminta memimpin doa, saya beberapa kali menghentikan doa karena noise. Ini bukan noise suara kendaraan atau kipas angin atau musik, melainkan suara orang-orang di sekeliling saya yang katanya mengiringi doa saya dengan entah apa sebutannya. Itulah noise. Kenapa? Karena setelah berhenti, tak ada makna, tak ada substansi kata atau Sabda yang tertinggal. Begitu pula halnya tulisan ini; kalau tidak ada yang nyanthol di benak Anda dalam rupa kata kunci atau pemahaman tertentu, seluruh susunan huruf ini hanyalah noise. Yohanes bagaikan suara yang mengabdi Sabda. Dia bukan Sabda itu sendiri meskipun suaranya merangkai kata-kata.
“Melepas kasutnya pun tak layak” kerap disalahtafsirkan sebagai bentuk kerendahhatian Yohanes, tetapi bukan itu poinnya. Ungkapan ini akrab di telinga orang Yahudi yang mengerti hukum: kalau Anda punya saudara laki-laki yang meninggal dan istrinya tak memiliki anak, Anda punya kewajiban untuk menggantikan posisi saudara-laki-laki itu. Akan tetapi, bisa jadi jandanya gak mau. Maka, posisi pengganti itu mesti diserahkan kepada yang lain, dan upacara pergantian pemain itulah yang melibatkan pelepasan kasut.
Detailnya saya tidak tahu, tetapi poinnya ialah bahwa Yohanes tahu posisinya, dan ia tak mau mengambil posisi Guru dari Nazareth. Ia menyerahkan bangsa Israel yang sekian lama terpisah dari Allahnya kepada manten sesungguhnya: Guru dari Nazareth. Begitulah kesaksian Yohanes Pembaptis: membuat suara yang mengabdi Sabda Allah, suara bermakna, yang memerdekakan orang sehingga berbahagia. Don’t let your voice become noise.
Tuhan, mohon rahmat supaya kata dan tindakan kami dapat meninggalkan Sabda-Mu sebagai residunya. Amin.
MINGGU ADVEN III B/1
13 Desember 2020
Yes 61,1-2a.10-11
1Tes 5,16-24
Yoh 1,6-8.19-28
Posting 2017: Cemungud Kevin-Markus
Posting 2014: Natalan??? Pikirrrr!
Categories: Daily Reflection
😯jd berfikir diam2 (tanpa berani mengeluarkan suara🤣🤭) ,… konon mmg noise sdh dianggap semacam polusi, Rm. Tp bs jg krn ada sensitivitas pd suara. Dan pd ekstrim tertentu, org lalu memasang penyumbat telinga, meminta pelaku berhenti membuat kebisingan, atau walk out (meninggalkan ruangan)😱 jd ingat waktu menjaga org sakit, di saat2 seperti itu kt malah mengharap yg sakit bersuara, mau marah, mau ngelindur, ok lah, tdk perlu cerdas atau bermakna, hanya mau memastikan, dia masih hdp. Org mati tdk bersuara, dn ktk dunia hening, kt #setdknya saya# malah merindukan suara bising. Sebentar lg Natal, dn sy merindukan kebisingan Natal. Kebisingan nmn penuh kesyahduan. Btw tulisan Rm juga bkn noise, Horeee…ups tutup mulut
LikeLiked by 1 person