Judul posting ini sama sekali tidak dimaksudkan untuk menyinggung orang yang mangkir dari panggilan polisi, tetapi memang muncul karena dalih kemangkirannya. Tentu saja, dalih bukan eksklusif milik mereka yang mangkir dari panggilan polisi, melainkan juga senjata mereka yang hendak mangkir dari panggilan Tuhan.
Teks bacaan kemarin merujuk pada mereka yang kebal kritik karena pada dasarnya tidak ingin mengubah kenyamanan hidupnya. Dalihnya berwujud tuduhan terhadap mereka yang menyodorkan kritik: gila, kerasukan iblis, pemabuk, peminum, sahabat pendosa. Teks hari ini menyinggung dalih lain yang kelihatan lebih biblis, sesuai dengan Kitab Suci.
Apa kata Kitab Suci? Bagi orang Yahudi, Nabi Elia adalah sosok nabi agung, yang tidak mengalami kematian. Dialah yang membasmi begitu banyak nabi palsu penyembah dewa Baal, dan akhir hidupnya tak berujung pada kematian. Ia naik kereta berapi entah ke mana dan orang-orang Yahudi yakin bahwa dia ini akan datang persis sebelum Mesias tiba. Maka dari itu, ahli-ahli Kitab Suci tidak mau menerima gambaran Allah yang dipersaksikan Guru dari Nazareth. Patokannya, Elia mesti kembali dulu. Dia lebih utama untuk menentukan apakah Guru dari Nazareth itu memang Mesias yang sesungguhnya.
Akan tetapi, persoalannya, penafsiran Kitab Suci itu juga rentan bias kepentingan. Kalau orang tak menyadari bias kepentingannya ini, Kitab Suci tak lebih dari budak kepentingannya. Ia menafsirkan Kitab Suci seturut kepentingan yang dibelanya. Maka dari itu, Guru dari Nazareth menanggapi dalih ahli-ahli Kitab Suci itu dengan penegasan bahwa memang Elia itu sudah datang, tetapi jelas bukan Elia zaman jebot yang naik kereta berapi itu.
Menurut Guru dari Nazareth, sosok Elia itu sudah datang dalam diri Yohanes Pembaptis yang suaranya menggelegar di padang gurun dan menohok siapa saja yang hidup semaunya sendiri. Anehnya, teriakan di padang gurun ini tak terdeteksi oleh ahli-ahli Taurat sebagai peringatan dari Allah sendiri. Kenapa? Ya karena teriakan itu memang mengancam kekuasaan mereka.
Selebihnya, orang sibuk mencari dalih untuk mengamankan kekuasaan dan kenyamanan mereka. Dengan kesibukan itu, suara kritis lama-kelamaan tenggelam dalam banjir dalih, pamrih terpelihara, dan panggilan Tuhan pun buyar berkeping-keping.
Tuhan, mohon rahmat keberanian untuk membuka diri pada transformasi diri alih-alih memelihara pamrih dan memproduksi dalih. Amin.
SABTU ADVEN II
12 Desember 2020
Posting 2019: Mana Kuemu?
Posting 2018: Tumbangnya Nalar
Posting 2017: Kau Bercanda Lucunya
Posting 2016: Merintis Neraka
Posting 2015: Antara Wife dan WiFi
Posting 2014: Masih Mau Menyombongkan Diri?
Categories: Daily Reflection