Baptisan Manusia

Beberapa bulan lalu beredar video mengenai patung salib kayu yang dibuat oleh seorang dosen seni universitas negeri yang konon diserahkan ke sebuah gereja Katolik untuk diletakkan di atas altar. Yang menarik saya adalah pesan dalam video ini, yang kiranya berasal dari pembuatnya. Kalau saya tidak salah ingat, ungkapannya kurang lebih begini: sebagai seorang muslim, saya melihat patung salib ini sebagai simbol kemanusiaan Yesus, yang saya tinggikan dan saya hormati. Sharing keyakinan itu menyentuh saya karena dosen itu menegaskan kemanusiaan Yesus. Maksud saya, Yesus itu sungguh-sungguh manusia, bukan dewa, bukan hantu, bukan Superman atau tokoh Avenger lainnya.

Pesta pembaptisan Yesus yang dirayakan Gereja Katolik hari ini juga menegaskan kemanusiaan Yesus. Pembaptisan sendiri adalah perkara kemanusiaan. Yohanes hanya membaptis orang, karena memang hanya orang yang bisa diminta untuk bertobat dan memperhatikan manusia lain yang tertindas, terabaikan karena rebutan kefanaan. Menarik, bahwa teks yang diambil hari ini adalah teks Markus; teks yang membuat hidup kemanusiaan Yesus benar-benar tersembunyi. Konon, pada masa penulisan teks ini, beredar teks-teks lain, yang menceritakan kehebatan masa muda Yesus: kehebatan sosok dewa dalam wujud anak yang mampu bikin aneka keajaiban.

Penulis Injil Markus seakan mengabaikan kisah seperti itu dan menegaskan bahwa Yesus ini hidup sebagai manusia seperti orang lain pada umumnya. Ia ikut dibaptis, tetapi kemudian akan membaptis dengan Roh Kudus. Frase “membaptis dengan Roh Kudus” ini tentu bikin gelap pengetahuan orang. Membaptis dengan air, jelaslah, entah mau dikucurkan airnya atau ditenggelamkan orangnya. Membaptis dengan Roh Kudus? Diapakan Roh Kudusnya? Bagaimana orang ditenggelamkan dalam Roh Kudus?🤔

Mari kembali pada Soul kemarin: Roh Kudusnya ditularkan sebagai api yang membuat hidup orang berjiwa, juga atau justru ketika ia menanggung kenyataan gelap akibat kefanaannya. Api itulah yang menghubungkan kebertubuhan manusia plus segala kompleksitasnya dengan kehendak Allah yang semestinya dijalankan orang beriman. Dengan begitu, orang beriman, apa pun labelnya, menjadi anak Allah, sebagaimana disematkan pada Guru dari Nazareth. Anak Allah ini sungguh manusia, bukan manusia super seperti dituturkan penulis pada masa Markus ini.

Kesempurnaan anak Allah tidak terletak pada keberhasilannya untuk memenuhi segala keinginannya (yang umumnya bersifat fana), tetapi pada kesetiaan dan keteguhannya membuat kehendak Allah jadi nyata dalam hidup yang serba biasa. Artinya, orang malah dibaptis supaya menjadi manusia sungguh. Ngeri kan kalau orang dibaptis malah jadi monster? Sudah sewajarnya orang beragama atau beriman menjadi manusia beneran.

Tuhan, mohon rahmat Roh-Mu untuk menjalani hidup biasa kami sebagai ciptaan-Mu. Amin.


PESTA PEMBAPTISAN TUHAN B/1
Minggu, 10 Januari 2021

Yes 55,1-11
1Yoh 5,1-9
Mrk 1,7-11

Posting 2018: New Exodus 
Posting 2015: Tuhan Kok Dibaptis!